Friday, August 2, 2019

Penelitian Tindakan Kelas #2


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE GAMBAR ACAK PADA SISWA KELAS IX-E MTsN 1 KOTA BLITAR

 PROPOSAL














OLEH
AFIF DIANA
NIM. 17210163019




JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2019


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keterampilan berbahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasi siswa.Menurut Syamsudin, menulis merupakan aktivitas seseorang dalam menuangkan ide-ide, pikiran dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis, sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca (Yuniarti, 2017).
Pembelajaran menulis di sekolah khususnya pada jenjang SMP sudah cukup banyak, mulai dari menulis teks deskripsi hingga menulis cerpen sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang berlaku.Namun, masih banyak siswa yang merasa kesulitan dengan aktivitas menulis. Seperti menurut (Wassid & Sunendar dalam Wulandari 2016:54) menyatakan bahwa dibandingkan dengan menyimak, berbicara, dan membaca, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun, hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi tulisan.
Salah satu keterampilan menulis siswa kelas IX yang harus dikuasi adalah, keterampilan menulis cerpen.Cerpen adalah sebuah karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian kehidupan seseorang yang diceritakan secara singkat, padat, dan jelas.Kemampuan menulis diajarkan pada siswa kelas IX, sesuai dengan kompetensi dasar pada kurikulum 2013 (K-13) 4.6 yang berbunyi “Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan struktur dan kebahasaan”.Kompetensi dasar ini menuntut siswa agar dapat menulis cerpen, untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Dalam menulis cerpen tidak jarang ditemui siswa yang merasa sulit dalam mengungkapkan ide-idenya.Masih terdapat banyak kendala yang ditemui. Berdasarkan hasil wawancara pada guru bahasa Indonesia kelas IX-E di MTsN 1 Kota Blitar, peneliti menemukan masalah-masalah yang menghambat proses pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas IX-E. Pertama, siswa seringkali kesulitan dalam mengembangkan ide cerita, sehingga banyak siswa yang berhenti ditengah-tengah cerita.Kedua, terdapat siswa yang dalam penggunaan gaya bahasa atau pembendaharaan katanya kurang. Hal ini mengakibatkan, siswa kesulitan mengungkapkan sesuatu atau gagasan yang ingin di sampaikan dalam cerpen tersebut.Ketiga, pengembangan dalam cerita siswa tidak sesuai atau konsisten.Siswa sering kali pada awal cerita menggunakan sudut pandang pertama (aku), kemudian di tengah-tengah cerita menggunakan sudut pandang ketiga (dia).
Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut, perlu adanya suatu upaya untuk mengatasinya, yaitu dengan menerapkan sebuah metode yang inovatif, dapat membuat siswa menjadi aktif dan pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa adalah metode gambar acak.Metode gambar acak merupakan suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.Metode ini memiliki ciri aktif, inovatif, dan menyenangkan. Metode gambar acak mengandalkan gambar dalam proses pembelajarannya.
Dipilihnya metode gambar acak sebagai metode dalam pembelajaran menulis cerpen, agar diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis dan mengembangkan cerpen.Metode ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.MTsN 1 Kota Blitar dipilih sebagai tempat penelitian karena dalam pembelajaran menulis cerpennya memiliki kekurangan dan sekolah tersebut belum pernah menerapakan metode gambar acak dalam pembelajarannya di kelas.Oleh sebab itu, diharapkan siswa-siswa di MTsN 1 Kota Blitar mendapatkan inovasi pembelajaran dalam menulis cerpen.
Keberhasilan penerapan metode gambar acak telah ditemukan oleh peneliti.Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti 2017 yang berjudul Penerapan Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017.Kedua, penelitian yang sejenis berjudul Penerapan Metode Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa SMA. Kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan, yaitu menggunakan metode yang samapicture and picture bahwasanya metode tersebut hampir sama dengan metode yang peneliti gunakan yaitu gambar acak.
Berbeda dengan kedua penelitian tersebut, penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada subjek penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar. Oleh sebab itu, peneliti menarik judul “Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Gambar Acak pada Siswa Kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar”.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1.      Penggunaan gayabahasa yang kurang, meliputi pembendaharaan kata yang masih sedikit.
2.      Pengembangan cerita yang tidak sesuai atau tidak konsisten dalam penyajian alur ceritanya.
3.      Siswa kesulitan mengembangkan ide cerita. Siswa seringkali berhenti ditengah cerita.
C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, dalam penelitian ini dibatasai pada peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode gambar acak. Pembatasan tersebut dipilih berdasarkan masalah yang dialami siswa selama proses pembelajaran menulis.


D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar?
2.      Bagaimana hasil pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar?
E.     Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut.
1.      Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
2.      Untuk mendeskripsikan hasil pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
F.     Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini, diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
1.      Bagi siswa
a.       Siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
b.      Meningkatkan keterampilan menulis cerpen
2.      Bagi guru
a.       Guru menjadi lebih inovatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
b.      Guru memperoleh solusi dalam masalah yang dihadapi.
G.    Penegasan Istilah
1.      Peningkatan adalah proses atau perbuatan yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki dan mempertinggi kemampuan tertentu. Suatu perubahan dari keadaan tertentu menuju keadaan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
2.      Menulis adalah suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide,gagasan atau gambaran yang ada di dalam pikiran manusia menjadi sebuah karya tulis yang dapat dibaca dan mudah dimengerti atau dipahami orang lain.
3.      Metode Gambar acak adalah metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.



















BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Kajian Teoritis
1.      Pengertian Menulis
Menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2016) adalah melahirkan pikiran atau perasaan. Menurut Tarigan, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat aktif produktif merupakan kegiatan yang menuntut adanya kegiatan menghasilkan atau menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui bahasa. kegiatan berbahasa yang produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan oleh pihak penutur.
Aktivitas menulis merupakan salah satu manifesti keterampilan berbahasa paling akhir yang dikuasi pembelajar bahasa setelah mendengarkan, membaca dan berbicara. Nurgiyantoro juga menyatakan bahwa jika dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasi pembelajar bahasa. Hal tersebut karena, keterampilan berbahasa menghendaki penguasaan berbagai aspek lain diluar bahasa untuk menghasilkan karangan yang padu dan utuh. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang melahirkan pikiran berupa lambang-lambang bahasa yang disampaikan, sehingga dapat dibaca dan dipahami orang lain.
2.      Tahap-tahap Menulis
McCrimmon dan Akhadiah dalam Budiyono (2012:2) berpendapat bahwa dalam proses menulis ada beberapa tahapan. Tahapan itu adalah pramenulis, menyangkut penentuan topik, penentuan tujuan, dan penentuan bahan; penulisan draf, yakni pengembangan paragraf, kalimat, pemilihan kata, dan teknik penulisan; dan revisi menyangkut perbaikan draf pertama dan pembacaan ulang.
a.       Prapenulisan
1)      Penentuan Topik
Topik dapat dikatakan sebagai wilayah dalam dunia mental seseorang yang akan menulis, tempat ia mencari argumen untuk menunjang apa yang akan dikatakan. Menurut Keraf (dalam Budiyono,2012:3) Topik adalah pokok pembicaraan dalam keseluruhan  karangan yang akan digarap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya topik tulisan adalah pokok persoalan yang akan dikembangkan dalam tulisan sekaligus merupakan wilayah dari pengembangan tulisan tersebut.
2)      Pembatasan Topik
Agar subjek yang akan ditulis tidak terlalu luas dan dapat ditulis dalam waktu dan lingkup yang telah ditentukan, penulis hendaknya memilih salah satu aspek khusus dari topik yang dipilihnya, satu jangka waktu tertentu dari aspek yang sduah terbatas itu, batasan cakuan, dan peristiwa khusus yang berkaitan dengan aspek yang sudah dibatasi tersebut. Cara-cara pembatasan topik pada dasarnya sama, yaitu merinci dan membatasi topik yang bersifat umum menjadi khusus dan terbatas. Topik yang khusus dan terbatas akan mempermudah penulis membuat uraian dengan jelas dan menyelesaikannya.
3)      Perumusan Tujuan Penulisan
Rumusan tujuan penulisan merupakan gambaran bagi penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya. Tujuan penulisan dapat menjadi pedoman bagi penulis dalam rangka memikirkan bahan-bahan yang diperkirakan, menetapkan jenis organisasi tulisan yang ditetapkan, sudut pandang yang akan dipilih, dan membatasi lingkup tulisan.
4)      Penentuan Bahan
Penentuan dan pengumpulan bahan secara terbatas sebenarnya sudah dilakukan pada saat memilih dan membatasi  topik. Akhadiah dalam (Budiyono,2012:4) menyatakan bahwa untuk masalah kecil tujuannya sudah jelas dalam pikiran penulis, penentuan dan pengumpulan bahan dapat dilakukan pada waktu penulisan, tetapi untuk tulisan yang panjang atau besar, bahan-bahan dikumpulkan sebelum proses penulisan. Pengumpulan bahan tulisan tidak selalu direncanakan sebelum penulisan dilaksanakan.Terkadang, pengumpulan bahan terjadi pada waktu pelaksanaan penulisan.
5)      Penyusunan Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan adalah rencana kerja yang memuat garis besar dari suatu tulisan yang akan digarap (Keraf dalam Budiyono, 2012:4). Akhadiah menyatakan bahwa menyusun kerangka tulisan merupakan suatu cara menyusun rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari tulisan yang akan digarap. Dengan demikian, kerangka tulisan merupakan garis-garis besar tulisan yang terangkai secara jelas dan teratur. (Budiyono, 2012:4)
Kerangka tulisan atau karangan sangat bermanfaat bagi penulis, yaitu sebagai pedoman dalam mengorganisasikan idenya, mempercepat proses penulisan, dan mempertinggi kualitas bahasa pada tulisan. Kerangka tulisan membantu penulis mengarahkan uraian, menciptakan variasi tulisan yang diinginkan, dan memperlihatkan bahan-bahan yang diperlukan. Dengan demikian, agar menghasilkan tulisan yang baik, sebelum kegiatan  menulis, penulis harus lebih dulu memikirkan dan menyusun kerangka tulisannya secara seksama. (Budiyono, 2012:5)
b.      Penulisan Draf
Kegiatan menulis draf merupakan kelanjutan dari kegiatan prapenulisan.Setelah kerangka tersusun dengan tepat dan rapi, dan bahan terkumpul lengkap, kemudian hal-hal tersebut diungkapkan dengan bahasa tulis menjadi sebuah tulisan utuh.Dalam draf tersebut ada paragraf yang berfungsi sebagai isi tulisan, dan ada paragraf yang berfungsi sebagai penutup.Sebuah tulisan yang baik juga mencerminkan kebaikan aspek-aspek yang membangunnya, yaitu pemaparan isi (teks utama), penerapan retorika, dan penerapan kebahasannya.
c.       Revisi Tulisan
Revisi dilaksanakan setelah pelaksanaan kegiatan penulisan selesai.Tujuan revisi adalah agar tulisan yang dihasilkan berkualitas dengan baik.Sebuah tulisan yang baik mencerminkan penerapan isi, retorika, kebahasaan, mekanikal (ejaan dan tanda baca) dengan baik pula.Berarti, sebuah tulisan yang belum menerapkan ketiga aspek atau sebagian dari aspek-aspek itu, dikatakan tulisannya belum baik.Dengan demikian, revisi sebuah tulisan bisa mencakup isi, retorika, dan kebahasaan sekaligus, bisa juga sebagian dari unsur-unsur sebuah tulisan. (Budiyono, 2012:5)
3.      Pengertian Cerpen
Cerpenadalah bentuk fiksi yang disusun sebagai suatu kejadian yang hendak diceritakan tanpa harus dipaparkan menurut pengalaman yang sesungguhnya.Cerpen juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada satu tokoh saja. (Lauma, 2017:4)
Menurut Tarigan (dalam Pujiono 2006:9) cerpen adalah cerita rekaan yang masalahnya singkat, jelas padat dan terkonsentrasi pada satu peristiwa. Menurut Notosusanto (dalam Pujiono 2006:9) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian cerpen adalah sebuah karya yang menceritakan tentang kehidupan seseorang yang memiliki masalah singkat, padat dan jelas.
4.      Unsur-unsur Cerpen
Sebuah cerita pendek mempunyai unsur-unsur yang saling mengikat, membentuk kebersamaan dalam penyajiannya (Tranwati,2009:33). Unsur-unsur yang membentuk cerpen terdiri dari unsur ekstrinsik dan intrinsik.Unsur ekstrinsik adalah isi suatu karya yang berkaitan dengan kenyataan-kenyataan di luar karya sastra itu.Sedangkan unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan karya itu hadir. Unsur intrinsik terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, setting, gaya bercerita, sudut pandang, amanat, dan lain-lain.
a.       Tema
Menurut Hartoko dan Rachmanto (dalam Pujiono 2006:10) tema merupakan anggapan dasar umum yang menopang sebuah karya satra, dan yang terkandung dalam teks sebagai unsur sematis.Kedudukan tema dalam cerpen sangat penting.Tema merupakan inti cerita mengikat keseluruhan unsur-unsur intrinsik.Tema biasanya tidak dicantumkan secara eksplisit oleh pengarang.Tema justru tersamar, pengarang menggunakan dialog-dialog para tokoh, pemikiran dan perasaannya.
Untuk menangkap tema cerpen, pembaca harus terlebih dahulu menentukan unsur intrinsik dalam cerpen itu, karena cerpen jarang dan hampir tidak pernah diungkapkan.Pembaca harus menafsirkan tema dari data-data yang didapatnya dari unsur-unsur intrinsik penyusun cerpen.Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide cerita yang merupakan dasar untuk pengembangan cerita yang menjiwai seluruh bagian cerita.
b.      Alur
Alur adalah struktur naratif bagi seluruh cerita dan harus dapat menjalankan tugasnya dalam menyelesaikan gagasan hingga menjadi satu kesatuan cerita yang utuh di dalam pengesahan cerita.Pengaluran dalam suatu cerita berarti pengeluaran urutan penampil peristiwa untuk memenuhi berbagai tuntutan sehingga peristiwa itu dapat tersusun dalam hubungan sebab akibat. (Pujiono,2006:10)
Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Pujiono 2006:11) alur terdiri atas alur mundur, alur maju dan alur gabungan.Alur dapat dibagi menjadi (1) Pengenalan, (2) Timbul konflik, (3) Konflik memuncak, (4) Klimaks, (5) Pemecahan masalah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur harus mempunyai rakaan yang diungkapkan dengan berbagai cara. Alur harus mempunyai hubungan yang jelas dengan unsur-unsur lain dalam cerita.Dalam alur terlihat perkembangan cerita, juga struktur urutan kejadian atau peristia dalam cerita yang disusun secara logis.
c.       Penokohan
Penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita, atau penokohan karakter adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita. Tokoh dalam cerpen, tidak hanya tokoh utama. Tokoh lain berfungsi sebagai penegas keberadaan tokoh utamanya. Tokoh utama biasanya menjadi sentral cerita, baik protagonis atau antagonis (Pujiono, 2006:11).
Menurut (Sumardjo dan Saini dalam Pujiono 2006:11) melukiskan watak tokoh dalam cerita dapat dengan cara sebagai berikut.
1)      Melalui perbuatannya, bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi
2)      Melalui ucapan-ucapannya.
3)      Melalui gambaran fisiknya.
4)      Melalui keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang.
Terdapat dua metode untuk menggambarkan watak tokoh, yaitu metode analitik dan metode dramatik.Metode analitik, biasa disebut dengan metode peran, adalah pemaparan watak tokoh secara rinci baik fisik maupun psikisnya.Sedangkan metode dramatik atau metode ragam, adalah penggambaran watak tokoh melalui pikiran, ucapan, tingkah lak tokoh, lingkungan ataupun dari penampilan fisik saja.
d.      Latar/Setting
Latar mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam Pujiono, 2006:12).Fungsi latar adalah memberikan informasi tentang situasi bagaimana adanya, merupakan proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar kaitannya dengan unsur-unsur lain, sebagai penokohan. Gambaran latar yang tepat bisa menentukan gambaran watak tokoh.Latar dan unsur-unsur lain saling melengkapi agar bisa menampilkan cerita yang utuh (Pujiono, 2006:12).
e.       Gaya bercerita
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang dalam menyampaikan cerita, bukan gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya yang khas dan berbeda dengan pengarang lainnya. Gaya erat kaitannya dengan cara pandang dan berpikir pengarang. Hal itu tercermin dalam bagaimana seseorang memilih tema, kata-kata, persoalan dan meninjau persoalan hingga bisa menceritakannya dalam sebuah cerita (Sumardjo dan Saini dalam Pujiono, 2006:12).
f.       Sudut pandang
Sudut pandang adalah hubungan yang ada diantara pengarang dengan fiktif rekaannya, atau pengarang dengan pikiran dan perasaan para tokoh. Sudut pandang disebut juga cara atau pandangan yang digunakan pengarangsebagai sarana untuk menyajikan tokoh, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah fiksi, kepada pembaca (Pujiono, 2006:13).
Sudut pandang dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu (1) sudut pandang pesona “aku” terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai pencerita, (2) sudut pandang pesona ketiga, (3) sudut pandang antara pesona pertama dengan ketiga (Nurgiyantoro dalam Pujiono, 2006:13)
g.      Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarang pada pembaca.Akhir permasalahan ataupun jalan keluar dari permasalahan yang timbul dalam sebuah cerita, keduanya bisa disebut amanat (Nurgiyantoro dalam Pujiono, 2006:13).
5.      Langkah-langkah Menulis Cerpen
Langkah-langkah menulis cerpen (Komaidi dalam Tranwati 2009:29)
a.       Mencari ide, gagasan atau inspirasi
Sering muncul pertanyaan dari penulis pemula, seseorang tidak punya ide, seolah-olah kehabisan ide menulis cerita.Sebenarnya ide cerita itu banyak sekali, kalau seseorang mau kritis dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. Misalnya, kehidupan sehari-hari, keluarga, tetangga, masyarakat, pasar, sekolah, kampus, atau apa saja yang kita lihat.
b.      Membuat kerangka karangan
Kerangka karangan adalah berisi garis besar cerita atau poin-poin penting cerita pada bagaian wal, tengah, dan akhir.Seperti setting (latar), alur, cerita, masalah atau konflik, solusi atau pemecahan masalah. Dengan kerangka tersebut, akan sangat membantu bagi penulis menyusun cerita secara lebih detail dan mau dibawa ke mana cerpen tersebut.
c.       Menulis cerita
Selesaikan dulu cerita Anda apapun bentuknya, bagaimanapun jeleknya, jangan berhenti di jalan.Sebab, banyak yang menulis cerita tapi tidak selesai, lalu ditinggal.Yang penting selesaikan dulu, soal kualitas abaikan dulu.Dengan selesainya cerita kita bisa membaca dan menemukan kelebihan dan kekurangan lalu memperbaikinya.
d.      Mengoreksi naskah
Setelah sebuah cerita selesai ditulis dari awal hingga akhir cobalah simpan dahulu beberapa saat atau beberapa hari, lalu cobalah baca dan koreksi, nantinya akan terlihat dengan sendirinya apa yang kurang sehingga bisa diperbaiki. Setelah itu, perbaikilah cerita Anda.Sebab cerita yang baik pun tidak bisa ditulis sekali jadi, terkadang harus dikoreksi atau ditulis berkali-kali hingga sempurna.
6.      Metode Gambar Acak
Metode gambar acak adalah sebuah metode yang mana guru menggunakan alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi dan menanamkan pesan yang ada dalam materi tersebut. Apabila menggunakan alat bantu atau media gambar, diharapkan mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam kondisi yang menyenangkan (Hamid dalam Wulandari dkk 2016:56).
Model pembelajaran gambar acak adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang logis.Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, dan menyenangkan. Model pembelajaran gambar acak, mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan.
Metode gambar acak memiliki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya. Kelebihan itu adalah meningkatkan cara berpikir terstruktur dan rasa bertanggungjawab pada diri siswa (Yuniari,2017).
7.      Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Gambar Acak
Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan metode gambar acak adalah sebagai berikut:
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Dilangkah ini guru diharapkan untuk menyampaiakan apakah yang menjadi kompetensi dasar mata pelajaran yang bersangkutan.
a.       Menyajikan materi sebagai pengantar. Disini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran. Guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa. Dengan motivasi dan teknik yang menarik dan baik dalam pemberian materi akan menarik minta siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
b.      Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi. Guru mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru.
c.       Guru memberikan permainan, dalam hal ini yang kalah akan maju ke depan kelas untuk mencoba mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
d.      Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran atas urutan gambar tersebut kepada siswa. Ajaklah siswa merumuskan jalan cerita atau tuntutan kompetensi dasar dengan indikator yang akan dicapai.
e.       Guru dapat mengarahkan siswa untuk menuliskan secara garis besar, peristiwa apa yang terjadi pada gambar. Tulisan-tulisan tersebut akan menjadi kerangka cerita siswa, yang kemudian akan mereka kembangkan menjadi sebuah cerita pendek yang menarik (Ati dkk, 2018:33)
B.     Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti 2017 yang berjudul Penerapan Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model picture and picture dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Mengwi, dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan metode gambar acak yang bahwasanya metode tersebut sama dengan model pembelajaran picture and picture dan akan diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen di MTsN 1 Kota Blitar.
Penelitian yang juga relevan dengan penelitian ini adalah, penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dkk 2016 yang  berjudul Penerapan Metode Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa SMA. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan penggunaan metode picture and picture telah mampu membuat siswa bersemangat dalam menulis teks narasi dengan baik dan runtut, adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide tulisan, pengorganisasian sudah mulai membaik sehingga tulisan dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca.Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan di SMK Negeri 4 Sukoharjo dengan menerapkan metode picture and picture pada menulis teks narasi. Sedangkan pada penelitian ini, dilaksanakan di MTsN 1 Kota Blitar dengan menerapkan metode gambar acak yang sama dengan metode picture and picture pada menulis cerpen.
C.    Kerangka Berpikir
Menulis merupakan suatu kegiatan yang menyampaikan gagasan, pikiran, ide dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak pembaca.Salah satunya dengan menulis cerpen.Menulis cerpen mempunyai fungsi penting, yaitu dapat merangsang pikiran dalam pikiran manusia, melatih otak manusia dalam mengkonsep ide, dan berlatih memecahkan masalah.Dalam menulis cerpen, seseorang dituntut untuk mampu berimajinasi dan berkreasi untuk memunculkan ide-ide baru.
Dalam menulis cerpen, banyak masalah yang dialami siswa selama pembelajaran  menulis cerpen berlangsung. Diantaranya (1) Kurangnya pembendaharan kata yang dimiliki siswa, sehingga siswa sulit mengungkapkan sesuatu yang ingin diutarakanya; (2) Pengembangan cerita yang tidak sesuai atau tidak konsisten dalam penyajian alur ceritanya; dan (3) Siswa kesulitan dalam mengembangkan ide cerita. Hal ini mengakibatkan, siswa sering berhenti di tengah-tengah cerita dan kebingungan akan lanjutan jalan ceritanya. Ketiga masalah tersebut, adalah masalah yang sering dihadapi siswa selama kegiatan menulis cerpen.Masalah ini dapat menghambat keterampilan siswa dalam menulis cerpen.
Penggunaan metode yang inovatif dan menyenangkan dalam pembelajaran menulis cerpen, perlu sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis. Metode acak, memiliki peran penting dalam proses pembelajaran menulis cerpen.Metode acak memiliki kelebihan dalam penerapannya yaitu, melatih berpikir logis dan sistematis, membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang, mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik lagi, dan siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Pada penelitian ini, salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa adalah dengan metode gambar acak.Metode ini diterapkan agar siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan meminimalisir masalah-masalah yang terjadi dalam menulis cerpen.
D.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak pada siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen dan pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.















BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian ini dilakukan di kelas dalam satu sekolah.Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas (Tranwati, 2009:45).Menurut (Kemmis dan Taggart dalam Zahra, 2015:23) penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi yang dilaksanakan.Dari uraian di  atas dapat disimpulkan bahwa (1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu kegiatan; (2) adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas kegiatan; (3) adanya tindakan untuk meningkatkan suatu kegiatan.
Penelitian ini menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.Untuk mengetahui kemampuan siswa, sebelum diberi tindakan diberikan tes pada siklus I. Siklus I sekaligus dipakai sebagai refleksi untuk siklus II. Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode gambar acak, setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan siklus I. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk proses terdiri atas empat tahap pada setiap siklusnya. Yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1.      Perencanaan
Rencana tindakan yang tersusun dan mengarah pada tindakan ini dimaksudkan bahwa rencana yang dibuat harus melihat permasalahan, sehingga semua tindakan dalam batas tertentu tidak dapat diprediksikan.Perencanaan dapat bersifat fleksibel dan refleksibel. Fleksibel berarti rencana harus dapat diadaptasikan dengan faktor-faktor yang tidak terduga muncul selama proses tindakan. Sedangakan refleksibel berarti rencana harus dibuat berdasarkan hasil pengamatan awal yang refleksif, sesuai dengan kenyataan dan permasalahan yang muncul.
2.      Tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan ini disesuaikan dengan rencana yang telah disiapkan.
3.      Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pelaksanaan pengamatan oleh pengamat dari pelaksanaan tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen.Kegiatan pengamatan dilakuakan mulai dari pra tindakan hingga akhir tindakan dilakukan.
4.      Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes, hasil observasi, hasil wawancara yang telah dilakukan. Kegiatan refleksi merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan, dan kendala yang muncul selama proses tindakan.
B.     Subjek dan Objek Penelitian
1.      Subjek penelitian
Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.Penentuan kelas tersebut berdasarkan permasalahan yang dimiliki dari hasil wawancara dengan guru, yang dilakukan sebelum penelitian.
2.      Objek penelitian
Objek penelitian mencakup proses pembelajaran menulis dan penilaian keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar dengan menerapkan metode gambar acak. Objek hasil atau produk penelitian adalah skor yang diperoleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak.
C.    Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu (1) peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa, dan (2) penggunaan metode gambar acak.
1.      Peningkatan keterampilan menulis cerpen.
Keterampilan siswa dalam menulis cerpen, perlu ditingkatkan sebagai bentuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.Pada hakikatnya, menulis cerpen sebagai salah satu keterampilan dalam mengungkapkan ide, gagasan, pendapat dari sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan pada suatu kejadian atau objek tertentu.
Keberhasilan dari siswa dalam menulis cerpen, jika siswa mampu membuat, menyusun atau menghasilkan cerpen melalui metode gambar acak dengan benar dan tepat
2.      Penggunaan metode gambar acak.
Gambar merupakan sebuah perpaduan antara titik, garis, bidang dan warna yang berguna untuk mencitrakan sesuatu. Gambar dapat digunakan menjadi alat bantu untuk menciptakan ide, gagasan, pendapat untuk menghasilkan suatu karya tulis. Terlebih dalam menulis cerpen.
Penggunaan metode gambar acak dalam proses pembelajaran menulis cerpen diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menciptakan atau menghasilkan suatu tulisan, serta dapat meningkatkan dan mempertinggi hasil belajar menulis cerpen. Selain itu, penggunaan metode gambar acak dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
D.    Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian tindakan kelas ini digunakan oleh peneliti adalah instrumen tes dan nontes.Instrumen tes berupa esai mengenai menulis cerpen melalui metode gambar acak.Instrumen nontes berupa lembar pengamatan (observasi), jurnal (catatan) dan dokumentasi foto.
1.      Instrumen Tes
Penelitian ini menggunakan instrumen tes dengan kegiatan, siswa menulis cerpen untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen melalui metode gambar acak.Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dan kemampuan siswa tentang menulis cerpen.Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah memberikan perintah pada siswa untuk mengamati sebuah gambar yang tersusun secara acak, kemudian siswa mengurutkan gambar-gambar tersebut menjadi sebuah urutan yang logis atau menjadi sebuah cerita.
Setiap hasil karya dari siswa mendapat beberapa butir penilaian dengan rincian meliputi aspek penilaian dalam membuat cerpen meliputi: (1) tokoh penokohan, (2) alur, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) gaya bahasa. Aspek-aspek yang dinilai dalam tes peningkatan menulis cerpen melalui gambar acak dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Aspek penilaian berdasarkan peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode gambar acak
No
Aspek yang dinilai
Kriteria
Skor
1
Tokoh penokohan
a.       Karakter sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh jelas.
b.      Karakter sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh kurang jelas.
c.       Karakter kurang sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh kurang jelas.
d.      Karakter tidak sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh tidak jelas.
5

4

3


1
2
Alur
a.       Pengembangan alur jelas serta adanya konflik yang menarik.
b.      Pengembangan alur cukup jelas serta adanya konflik yang menarik.
c.       Pengembangan alur kurang jelas serta adanya konflik kurang menarik.
d.      Pengembangan alur tidak jelas serta adanya konflik yang tidak menarik.
5

4
3

1
3
Latar
a.       Pemilihan latar menggambarkan 3 aspek (tempat, waktu, dan suasana) sesuai dengan terjadinya peristiwa.
b.      Pemilihan latar menggambarkan 2 aspek sesuai dengan terjadinya peristiwa.
c.       Pemilihan latar menggambarkan 1 aspek sesuai dengan terjadinya peristiwa.
d.      Pemilihan latar tidak menggambarkan 3 aspek (tempat, waktu, dan suasana).
5

4
3

1
4
Sudut pandang
a.       Sudut pandang yang digunakan dapat menjelaskan tokoh.
b.      Sudut pandang yang digunakan cukup dapat menjelaskan tokoh.
c.       Sudut pandang yang digunakan kurang dapat menjelaskan tokoh.
d.      Sudut pandang yang digunakan tidak dapat menjelaskan tokoh.
5

4
3
1
5
Gaya bahasa
a.        Penggunaan diksi dan gaya bahasa sesuai dengan situasi dalam cerita.
b.      Penggunaan diksi dan gaya bahasa cukup sesuai dengan situasi dalam cerita.
c.       Penggunaan diksi dan gaya bahasa kurang sesuai dengan situasi dalam cerita.
d.      Penggunaan diksi dan gaya bahasa tidak sesaui dengan situasi dalam cerita.
5

4
3

1

Keterangan :
Sangat Baik (SB)        : skor 5
Baik (B)                      : skor 4
Cukup (C)                   : skor 3
Kurang (K)                  : skor 1
2.      Instrumen Nontes
a.       Pengamatan (Observasi)
Lembar observasi digunakan untuk mendata, memberikan gambaran dalam proses pembelajaran  di kelas. Lembar observasi yang digunakan berdasarkan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas.Aspek-aspek tersebut terdapat dalam tabel di bawah ini.


Tabel 2. Rubrik penilaian tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak di kelas
No
Aspek yang diamati
Skala skors
Jumlah skros
1.
Keaktifan
5   4  3  2  1

2.
Perhatian dan konsentrasi siswa pada pelajaran
5  4  3  2  1

3.
Minat siswa selama pembelajaran
5  4  3  2  1


Keterangan :
Skors 5  : Sangat baik
Skors 4  : Baik
Skors 3  : Cukup
Skors 2  : Kurang
Skors 1  : Sangat kurang
b.      Jurnal (catatan)
Jurnal atau catatan adalah riwayat tertulis tentang apa yang dikatakan dan dilakukan guru maupun siswa dalam situasi pembelajaran (Mayda dalam Zahra,2015:31). Catatan digunakan untuk mendata, mendeskripsikan kegiatan pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.
c.       Dokumentasi foto
Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa pada siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Dari foto-foto yang diambil dapat mempermudah peneliti untuk mendiskripsikan hasil penelitiannya, khususnya yang berkaitan dengan tungkah laku siswa saat proses pembelajaran. Pengambilan data dengan dokumentasi foto ini difokuskan pada: (1) saat aktivitas awal mengamati dan mengurutkan gambar, (2) saat siswa mulai menulis cerpen berdasarkan gambar yang telah disusun. Dokumentasi foto ini merupakan wujud nyata yang dapat dilihat dari pedoman observasi. Jadi dengan adanya dokumentasi foto akan membuat peneliti mengingat data kualitatif yang mungkin terlewatkan dan tidak teramati saat penelitian.
E.     Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa pengamatan, wawancara, catatan, foto, dan tes.
1.      Pengamatan
Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, yaitu saat sebelum tindakan dan saat tindakan. Pengamatan dalam penelitian ini,bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran keterampilan menulis cerpen yang berlangsung di kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
Pada tahap ini, peneliti memberikan tanda centang pada lembar observasi berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung.
2.      Wawancara
Teknik ini dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi, guna memperoleh data.Wawancara yang dilakukan kepada guru dilakukan sebelum tindakan berlangsung.Sedangakan wawancara yang dilakukan kepada siswa dilakukan sebelum dan sesudah tindakan berlangsung.Peneliti tidak melakukan wawancara pada seluruh siswa di kelas, melainkan hanya beberapa siswa saja.
3.      Catatan
Catatan digunakan untuk mencatat atau mendeskripsikan kegiatan-kegiatan guna mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa atau kejadian-kejadian yang menonjol selama pembelajaran berlangsung.
4.      Foto
Data dokumentasi foto penelitian ini, diambil pada awal kegiatan hingga akhir. Foto-foto tersebut merupakan semua kegiatan dan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran menulis cerpen berlangsung.
5.      Tes
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan tes sebelum diberi tindakan dan sesudah adanya tindakan.Tes sebelum tindakan, siswa disuruh menulis, membuat cerpen dengan tema bebas sesuai keinginan masing-masing siswa.Tes setelah tindakan adalah tes yang diberikan setelah pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak.
Pengumpulan data tes untuk mengungkap peningkatan keterampilan menulis cerpen siswa melalui metode gambar acak.Tes dilaksanakan di kelas setelah guru selesai memberikan materi pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak.Tes ini untuk mengetahui peningkatan siswa dalam menulis cerpen setelah menggunakan atau menerapkan metode gambar acak.Setelah siswa menulis cerpen melalui metode gambar acak, kemudian dilakukan evaluasi untuk memberikan nilai pada siswa dan hasil tersebut disebut sebagai hasil tes siklus I. Pada siklus I tugas yang dilakukan sama dengan tugas pada siklus II yaitu siswa diminta menulis cerpen melalui metode gambar acak. Hasil pada siklus I dianalisis kemudian dari hasil tersebut, diketahui kelemahan siswa, kelemahan tersebut menjadi bekal untuk melakukan tes pada siklus II.
F.     Teknik Analisis Data
Teknik analisis data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.
1.      Teknik kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis cerpen melalui metode gambar acak.Data kuantitatif diperoleh dari penilaian tes dan penilaian nontes pada siklus I dan II.Hasil perhitungan peningkatan menulis cerpen melalui metode gambar acak dari masingmasing siklus dibandingkan. Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode gambar acak.
2.      Teknik kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari instrumen nontes berupa lembar pengamatan, wawancara, jurnal atau catatan, dan dokumentasi foto. Skor yang diperoleh dari penilaian kemudian dikualitatifkan dan hasilnya untuk mengetahui proses belajar, perkembangan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak berlangsung.





















DAFTAR  RUJUKAN
Ati, Aster Pujaning, Sigit Widiyarto, dan Nana Suyana.2018. Penerapan Metode Picture and Picture untuk Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas VIII SMP AL IHSAN dan SMP TASHIFIA Kota Bekasi.Jurnal Pengabdian Masyarakat ADIMAS. Jakarta Timur: Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Budiyono, Herman. 2012. Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis Proses Menulis dan Teori Pemerolehan Bahasa: Jurnal Pena Volume 2 No.3. Jambi: Universitas Jambi.
Lauma, Athar. 2017. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek “Protes” Karya Putu Wijaya. Jurnal. Manado: Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Sam Ratulangi.
Pujiono, Muhammad. 2006. Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerita Pendek (Cerpen) Karya Miyazawa Kenji. Karya Ilmiah. Medan: Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Tranwati, Novia Dwi. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman Pribadi Melalui Media Angka Siswa Kelas X SMA DIAN KARTIKA Semarang. Skripsi. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Yuniarti, I Gusti Ayu Bintang. 2017. Penerapan Model Picture and Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Volume 7 No 2.  Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wulandari, Yesi Tri, Edy Suryanto, dan Kundharu Saddhono. 2016. Penerapan Metode Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa SMA: Jurnal Penelitian Pendidikan PAEDAGOGIA [Hal. 53-67] Volume 19 No.1. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.



No comments:

Post a Comment

Semantik - Konsep Dasar Makna

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Makna Untuk memahami suatu makna atau arti, Ferdinand de Saussure menyebutkan bahwasanya setiap ...