PENINGKATAN
KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI METODE GAMBAR ACAK PADA SISWA KELAS IX-E
MTsN 1 KOTA BLITAR

OLEH
AFIF
DIANA
NIM.
17210163019
JURUSAN
TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keterampilan
berbahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis.Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus
dikuasi siswa.Menurut Syamsudin, menulis merupakan aktivitas seseorang dalam
menuangkan ide-ide, pikiran dan perasaan secara logis dan sistematis dalam
bentuk tertulis, sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca (Yuniarti,
2017).
Pembelajaran
menulis di sekolah khususnya pada jenjang SMP sudah cukup banyak, mulai dari
menulis teks deskripsi hingga menulis cerpen sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator yang berlaku.Namun, masih banyak siswa yang merasa kesulitan dengan
aktivitas menulis. Seperti menurut (Wassid & Sunendar dalam Wulandari
2016:54) menyatakan bahwa dibandingkan dengan menyimak, berbicara, dan membaca,
keterampilan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan sekalipun, hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan
berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan
menjadi tulisan.
Salah satu
keterampilan menulis siswa kelas IX yang harus dikuasi adalah, keterampilan
menulis cerpen.Cerpen adalah sebuah karangan fiktif yang berisikan tentang
sebagian kehidupan seseorang yang diceritakan secara singkat, padat, dan jelas.Kemampuan
menulis diajarkan pada siswa kelas IX, sesuai dengan kompetensi dasar pada
kurikulum 2013 (K-13) 4.6 yang berbunyi “Mengungkapkan pengalaman dan gagasan
dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan struktur dan
kebahasaan”.Kompetensi dasar ini menuntut siswa agar dapat menulis cerpen,
untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Dalam menulis
cerpen tidak jarang ditemui siswa yang merasa sulit dalam mengungkapkan ide-idenya.Masih
terdapat banyak kendala yang ditemui. Berdasarkan hasil wawancara pada guru
bahasa Indonesia kelas IX-E di MTsN 1 Kota Blitar, peneliti menemukan
masalah-masalah yang menghambat proses pembelajaran menulis cerpen pada siswa
kelas IX-E. Pertama, siswa seringkali kesulitan dalam mengembangkan ide
cerita, sehingga banyak siswa yang berhenti ditengah-tengah cerita.Kedua,
terdapat siswa yang dalam penggunaan gaya bahasa atau pembendaharaan katanya
kurang. Hal ini mengakibatkan, siswa kesulitan mengungkapkan sesuatu atau
gagasan yang ingin di sampaikan dalam cerpen tersebut.Ketiga, pengembangan
dalam cerita siswa tidak sesuai atau konsisten.Siswa sering kali pada awal
cerita menggunakan sudut pandang pertama (aku), kemudian di tengah-tengah cerita
menggunakan sudut pandang ketiga (dia).
Berkaitan
dengan masalah-masalah tersebut, perlu adanya suatu upaya untuk mengatasinya,
yaitu dengan menerapkan sebuah metode yang inovatif, dapat membuat siswa
menjadi aktif dan pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.Salah satu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa adalah
metode gambar acak.Metode gambar acak merupakan suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis.Metode ini
memiliki ciri aktif, inovatif, dan menyenangkan. Metode gambar acak
mengandalkan gambar dalam proses pembelajarannya.
Dipilihnya
metode gambar acak sebagai metode dalam pembelajaran menulis cerpen, agar
diharapkan siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam menulis dan mengembangkan
cerpen.Metode ini diharapkan mampu meningkatkan keterampilan menulis cerpen
siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.MTsN 1 Kota Blitar dipilih sebagai tempat
penelitian karena dalam pembelajaran menulis cerpennya memiliki kekurangan dan
sekolah tersebut belum pernah menerapakan metode gambar acak dalam pembelajarannya
di kelas.Oleh sebab itu, diharapkan siswa-siswa di MTsN 1 Kota Blitar
mendapatkan inovasi pembelajaran dalam menulis cerpen.
Keberhasilan
penerapan metode gambar acak telah ditemukan oleh peneliti.Pertama, penelitian
yang dilakukan oleh Yuniarti 2017 yang berjudul Penerapan Model Picture and
Picture untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA
Negeri 1 Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017.Kedua, penelitian yang sejenis
berjudul Penerapan Metode Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi
dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa SMA. Kedua penelitian tersebut
memiliki kesamaan, yaitu menggunakan metode yang samapicture and picture bahwasanya
metode tersebut hampir sama dengan metode yang peneliti gunakan yaitu gambar
acak.
Berbeda dengan
kedua penelitian tersebut, penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada
subjek penelitiannya. Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti siswa kelas IX-E
MTsN 1 Kota Blitar. Oleh sebab itu, peneliti menarik judul “Peningkatan
Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Gambar Acak pada Siswa Kelas IX-E
MTsN 1 Kota Blitar”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut.
2.
Pengembangan
cerita yang tidak sesuai atau tidak konsisten dalam penyajian alur ceritanya.
3.
Siswa
kesulitan mengembangkan ide cerita. Siswa seringkali berhenti ditengah cerita.
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah yang telah diuraikan, dalam penelitian ini dibatasai pada
peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode gambar acak. Pembatasan
tersebut dipilih berdasarkan masalah yang dialami siswa selama proses
pembelajaran menulis.
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
1.
Bagaimana
pelaksanaan pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada siswa
kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar?
2.
Bagaimana
hasil pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada siswa kelas IX-E
MTsN 1 Kota Blitar?
E.
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari
penelitan ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk
mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak
pada siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
2.
Untuk
mendeskripsikan hasil pembelajaran teks cerpen melalui metode gambar acak pada
siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
F.
Manfaat
Penelitian
Dari penelitian
ini, diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan keterampilan menulis
cerpen siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
1.
Bagi
siswa
a.
Siswa
lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
b.
Meningkatkan
keterampilan menulis cerpen
2.
Bagi
guru
a.
Guru
menjadi lebih inovatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
b.
Guru
memperoleh solusi dalam masalah yang dihadapi.
G.
Penegasan
Istilah
1.
Peningkatan
adalah proses atau perbuatan yang sengaja dilakukan untuk memperbaiki dan
mempertinggi kemampuan tertentu. Suatu perubahan dari keadaan tertentu menuju
keadaan yang lebih baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
2.
Menulis
adalah suatu keahlian dalam menuangkan suatu ide,gagasan atau gambaran yang ada
di dalam pikiran manusia menjadi sebuah karya tulis yang dapat dibaca dan mudah
dimengerti atau dipahami orang lain.
3.
Metode
Gambar acak adalah metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau
diurutkan menjadi urutan yang logis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian
Teoritis
1.
Pengertian
Menulis
Menulis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2016) adalah
melahirkan pikiran atau perasaan. Menurut Tarigan, menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang sehingga orang-orang dapat membaca lambang-lambang
grafik tersebut. Menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat aktif
produktif merupakan kegiatan yang menuntut adanya kegiatan menghasilkan atau
menyampaikan bahasa kepada pihak lain melalui bahasa. kegiatan berbahasa yang
produktif adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan oleh
pihak penutur.
Aktivitas menulis merupakan salah satu manifesti keterampilan
berbahasa paling akhir yang dikuasi pembelajar bahasa setelah mendengarkan,
membaca dan berbicara. Nurgiyantoro juga menyatakan bahwa jika dibandingkan
dengan keterampilan berbahasa yang lain, keterampilan menulis lebih sulit
dikuasi pembelajar bahasa. Hal tersebut karena, keterampilan berbahasa
menghendaki penguasaan berbagai aspek lain diluar bahasa untuk menghasilkan
karangan yang padu dan utuh. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan yang melahirkan pikiran berupa
lambang-lambang bahasa yang disampaikan, sehingga dapat dibaca dan dipahami
orang lain.
2.
Tahap-tahap
Menulis
McCrimmon dan Akhadiah dalam Budiyono (2012:2) berpendapat bahwa
dalam proses menulis ada beberapa tahapan. Tahapan itu adalah pramenulis,
menyangkut penentuan topik, penentuan tujuan, dan penentuan bahan; penulisan
draf, yakni pengembangan paragraf, kalimat, pemilihan kata, dan teknik
penulisan; dan revisi menyangkut perbaikan draf pertama dan pembacaan ulang.
a.
Prapenulisan
1)
Penentuan
Topik
Topik dapat dikatakan sebagai wilayah dalam dunia mental seseorang
yang akan menulis, tempat ia mencari argumen untuk menunjang apa yang akan
dikatakan. Menurut Keraf (dalam Budiyono,2012:3) Topik adalah pokok pembicaraan
dalam keseluruhan karangan yang akan
digarap. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya topik tulisan
adalah pokok persoalan yang akan dikembangkan dalam tulisan sekaligus merupakan
wilayah dari pengembangan tulisan tersebut.
2)
Pembatasan
Topik
Agar subjek yang akan ditulis tidak terlalu luas dan dapat ditulis
dalam waktu dan lingkup yang telah ditentukan, penulis hendaknya memilih salah
satu aspek khusus dari topik yang dipilihnya, satu jangka waktu tertentu dari
aspek yang sduah terbatas itu, batasan cakuan, dan peristiwa khusus yang
berkaitan dengan aspek yang sudah dibatasi tersebut. Cara-cara pembatasan topik
pada dasarnya sama, yaitu merinci dan membatasi topik yang bersifat umum menjadi
khusus dan terbatas. Topik yang khusus dan terbatas akan mempermudah penulis
membuat uraian dengan jelas dan menyelesaikannya.
3)
Perumusan
Tujuan Penulisan
Rumusan tujuan penulisan merupakan gambaran bagi penulis dalam
kegiatan menulis selanjutnya. Tujuan penulisan dapat menjadi pedoman bagi
penulis dalam rangka memikirkan bahan-bahan yang diperkirakan, menetapkan jenis
organisasi tulisan yang ditetapkan, sudut pandang yang akan dipilih, dan
membatasi lingkup tulisan.
4)
Penentuan
Bahan
Penentuan dan pengumpulan bahan secara terbatas sebenarnya sudah
dilakukan pada saat memilih dan membatasi
topik. Akhadiah dalam (Budiyono,2012:4) menyatakan bahwa untuk masalah
kecil tujuannya sudah jelas dalam pikiran penulis, penentuan dan pengumpulan
bahan dapat dilakukan pada waktu penulisan, tetapi untuk tulisan yang panjang
atau besar, bahan-bahan dikumpulkan sebelum proses penulisan. Pengumpulan bahan
tulisan tidak selalu direncanakan sebelum penulisan dilaksanakan.Terkadang,
pengumpulan bahan terjadi pada waktu pelaksanaan penulisan.
5)
Penyusunan
Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan adalah rencana kerja yang memuat garis besar dari
suatu tulisan yang akan digarap (Keraf dalam Budiyono, 2012:4). Akhadiah
menyatakan bahwa menyusun kerangka tulisan merupakan suatu cara menyusun
rangkaian yang jelas dan struktur yang teratur dari tulisan yang akan digarap.
Dengan demikian, kerangka tulisan merupakan garis-garis besar tulisan yang
terangkai secara jelas dan teratur. (Budiyono, 2012:4)
Kerangka tulisan atau karangan sangat bermanfaat bagi penulis,
yaitu sebagai pedoman dalam mengorganisasikan idenya, mempercepat proses penulisan,
dan mempertinggi kualitas bahasa pada tulisan. Kerangka tulisan membantu
penulis mengarahkan uraian, menciptakan variasi tulisan yang diinginkan, dan
memperlihatkan bahan-bahan yang diperlukan. Dengan demikian, agar menghasilkan
tulisan yang baik, sebelum kegiatan
menulis, penulis harus lebih dulu memikirkan dan menyusun kerangka
tulisannya secara seksama. (Budiyono, 2012:5)
b.
Penulisan
Draf
Kegiatan menulis draf merupakan kelanjutan dari kegiatan
prapenulisan.Setelah kerangka tersusun dengan tepat dan rapi, dan bahan
terkumpul lengkap, kemudian hal-hal tersebut diungkapkan dengan bahasa tulis
menjadi sebuah tulisan utuh.Dalam draf tersebut ada paragraf yang berfungsi
sebagai isi tulisan, dan ada paragraf yang berfungsi sebagai penutup.Sebuah
tulisan yang baik juga mencerminkan kebaikan aspek-aspek yang membangunnya,
yaitu pemaparan isi (teks utama), penerapan retorika, dan penerapan
kebahasannya.
c.
Revisi
Tulisan
Revisi dilaksanakan setelah pelaksanaan kegiatan penulisan
selesai.Tujuan revisi adalah agar tulisan yang dihasilkan berkualitas dengan
baik.Sebuah tulisan yang baik mencerminkan penerapan isi, retorika, kebahasaan,
mekanikal (ejaan dan tanda baca) dengan baik pula.Berarti, sebuah tulisan yang
belum menerapkan ketiga aspek atau sebagian dari aspek-aspek itu, dikatakan
tulisannya belum baik.Dengan demikian, revisi sebuah tulisan bisa mencakup isi,
retorika, dan kebahasaan sekaligus, bisa juga sebagian dari unsur-unsur sebuah
tulisan. (Budiyono, 2012:5)
3.
Pengertian
Cerpen
Cerpenadalah bentuk fiksi yang disusun sebagai suatu kejadian yang
hendak diceritakan tanpa harus dipaparkan menurut pengalaman yang sesungguhnya.Cerpen
juga bisa disebut sebagai karangan fiktif yang berisikan tentang sebagian
kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang
berfokus pada satu tokoh saja. (Lauma, 2017:4)
Menurut Tarigan (dalam Pujiono 2006:9) cerpen adalah cerita rekaan
yang masalahnya singkat, jelas padat dan terkonsentrasi pada satu peristiwa.
Menurut Notosusanto (dalam Pujiono 2006:9) mengatakan bahwa cerita pendek
adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman
kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengertian cerpen adalah sebuah karya yang menceritakan tentang kehidupan
seseorang yang memiliki masalah singkat, padat dan jelas.
4.
Unsur-unsur
Cerpen
Sebuah cerita pendek mempunyai unsur-unsur yang saling mengikat,
membentuk kebersamaan dalam penyajiannya (Tranwati,2009:33). Unsur-unsur yang
membentuk cerpen terdiri dari unsur ekstrinsik dan intrinsik.Unsur ekstrinsik
adalah isi suatu karya yang berkaitan dengan kenyataan-kenyataan di luar karya
sastra itu.Sedangkan unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri yang menyebabkan karya itu hadir. Unsur intrinsik terdiri dari
tema, alur, penokohan, latar, setting, gaya bercerita, sudut pandang,
amanat, dan lain-lain.
a.
Tema
Menurut Hartoko dan Rachmanto (dalam Pujiono 2006:10) tema
merupakan anggapan dasar umum yang menopang sebuah karya satra, dan yang
terkandung dalam teks sebagai unsur sematis.Kedudukan tema dalam cerpen sangat
penting.Tema merupakan inti cerita mengikat keseluruhan unsur-unsur
intrinsik.Tema biasanya tidak dicantumkan secara eksplisit oleh pengarang.Tema
justru tersamar, pengarang menggunakan dialog-dialog para tokoh, pemikiran dan
perasaannya.
Untuk menangkap tema cerpen, pembaca harus terlebih dahulu
menentukan unsur intrinsik dalam cerpen itu, karena cerpen jarang dan hampir
tidak pernah diungkapkan.Pembaca harus menafsirkan tema dari data-data yang
didapatnya dari unsur-unsur intrinsik penyusun cerpen.Dari uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa tema adalah ide cerita yang merupakan dasar untuk pengembangan
cerita yang menjiwai seluruh bagian cerita.
b.
Alur
Alur adalah struktur naratif bagi seluruh cerita dan harus dapat
menjalankan tugasnya dalam menyelesaikan gagasan hingga menjadi satu kesatuan
cerita yang utuh di dalam pengesahan cerita.Pengaluran dalam suatu cerita
berarti pengeluaran urutan penampil peristiwa untuk memenuhi berbagai tuntutan
sehingga peristiwa itu dapat tersusun dalam hubungan sebab akibat.
(Pujiono,2006:10)
Menurut Sumardjo dan Saini (dalam Pujiono 2006:11) alur terdiri
atas alur mundur, alur maju dan alur gabungan.Alur dapat dibagi menjadi (1)
Pengenalan, (2) Timbul konflik, (3) Konflik memuncak, (4) Klimaks, (5)
Pemecahan masalah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alur harus mempunyai
rakaan yang diungkapkan dengan berbagai cara. Alur harus mempunyai hubungan
yang jelas dengan unsur-unsur lain dalam cerita.Dalam alur terlihat
perkembangan cerita, juga struktur urutan kejadian atau peristia dalam cerita
yang disusun secara logis.
c.
Penokohan
Penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita, atau penokohan karakter adalah bagaimana cara
pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam cerita. Tokoh
dalam cerpen, tidak hanya tokoh utama. Tokoh lain berfungsi sebagai penegas
keberadaan tokoh utamanya. Tokoh utama biasanya menjadi sentral cerita, baik
protagonis atau antagonis (Pujiono, 2006:11).
Menurut (Sumardjo dan Saini dalam Pujiono 2006:11) melukiskan watak
tokoh dalam cerita dapat dengan cara sebagai berikut.
1)
Melalui
perbuatannya, bagaimana ia bersikap dalam menghadapi situasi
2)
Melalui
ucapan-ucapannya.
3)
Melalui
gambaran fisiknya.
4)
Melalui
keterangan langsung yang ditulis oleh pengarang.
Terdapat dua
metode untuk menggambarkan watak tokoh, yaitu metode analitik dan metode
dramatik.Metode analitik, biasa disebut dengan metode peran, adalah pemaparan
watak tokoh secara rinci baik fisik maupun psikisnya.Sedangkan metode dramatik
atau metode ragam, adalah penggambaran watak tokoh melalui pikiran, ucapan,
tingkah lak tokoh, lingkungan ataupun dari penampilan fisik saja.
d.
Latar/Setting
Latar mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan (Abrams dalam
Pujiono, 2006:12).Fungsi latar adalah memberikan informasi tentang situasi
bagaimana adanya, merupakan proyeksi keadaan batin para tokoh. Latar kaitannya
dengan unsur-unsur lain, sebagai penokohan. Gambaran latar yang tepat bisa
menentukan gambaran watak tokoh.Latar dan unsur-unsur lain saling melengkapi agar
bisa menampilkan cerita yang utuh (Pujiono, 2006:12).
e.
Gaya
bercerita
Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang dalam menyampaikan
cerita, bukan gaya bahasa. Setiap pengarang memiliki gaya yang khas dan berbeda
dengan pengarang lainnya. Gaya erat kaitannya dengan cara pandang dan berpikir
pengarang. Hal itu tercermin dalam bagaimana seseorang memilih tema, kata-kata,
persoalan dan meninjau persoalan hingga bisa menceritakannya dalam sebuah
cerita (Sumardjo dan Saini dalam Pujiono, 2006:12).
f.
Sudut
pandang
Sudut pandang adalah hubungan yang ada diantara pengarang dengan
fiktif rekaannya, atau pengarang dengan pikiran dan perasaan para tokoh. Sudut
pandang disebut juga cara atau pandangan yang digunakan pengarangsebagai sarana
untuk menyajikan tokoh, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita
dalam sebuah fiksi, kepada pembaca (Pujiono, 2006:13).
Sudut pandang dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu (1) sudut pandang
pesona “aku” terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai pencerita, (2) sudut
pandang pesona ketiga, (3) sudut pandang antara pesona pertama dengan ketiga (Nurgiyantoro
dalam Pujiono, 2006:13)
g.
Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan
pengarang pada pembaca.Akhir permasalahan ataupun jalan keluar dari
permasalahan yang timbul dalam sebuah cerita, keduanya bisa disebut amanat
(Nurgiyantoro dalam Pujiono, 2006:13).
5.
Langkah-langkah
Menulis Cerpen
Langkah-langkah menulis cerpen (Komaidi dalam Tranwati 2009:29)
a.
Mencari
ide, gagasan atau inspirasi
Sering muncul pertanyaan dari penulis pemula, seseorang tidak punya
ide, seolah-olah kehabisan ide menulis cerita.Sebenarnya ide cerita itu banyak
sekali, kalau seseorang mau kritis dan peka terhadap lingkungan sekitarnya.
Misalnya, kehidupan sehari-hari, keluarga, tetangga, masyarakat, pasar,
sekolah, kampus, atau apa saja yang kita lihat.
b.
Membuat
kerangka karangan
Kerangka karangan adalah berisi garis besar cerita atau poin-poin
penting cerita pada bagaian wal, tengah, dan akhir.Seperti setting (latar),
alur, cerita, masalah atau konflik, solusi atau pemecahan masalah. Dengan
kerangka tersebut, akan sangat membantu bagi penulis menyusun cerita secara
lebih detail dan mau dibawa ke mana cerpen tersebut.
c.
Menulis
cerita
Selesaikan dulu cerita Anda apapun bentuknya, bagaimanapun
jeleknya, jangan berhenti di jalan.Sebab, banyak yang menulis cerita tapi tidak
selesai, lalu ditinggal.Yang penting selesaikan dulu, soal kualitas abaikan
dulu.Dengan selesainya cerita kita bisa membaca dan menemukan kelebihan dan kekurangan
lalu memperbaikinya.
d.
Mengoreksi
naskah
Setelah sebuah cerita selesai ditulis dari awal hingga akhir
cobalah simpan dahulu beberapa saat atau beberapa hari, lalu cobalah baca dan
koreksi, nantinya akan terlihat dengan sendirinya apa yang kurang sehingga bisa
diperbaiki. Setelah itu, perbaikilah cerita Anda.Sebab cerita yang baik pun
tidak bisa ditulis sekali jadi, terkadang harus dikoreksi atau ditulis
berkali-kali hingga sempurna.
6.
Metode
Gambar Acak
Metode gambar acak adalah sebuah metode yang mana guru menggunakan
alat bantu atau media gambar untuk menerangkan sebuah materi dan menanamkan
pesan yang ada dalam materi tersebut. Apabila menggunakan alat bantu atau media
gambar, diharapkan mampu mengikuti pelajaran dengan fokus yang baik dan dalam
kondisi yang menyenangkan (Hamid dalam Wulandari dkk 2016:56).
Model pembelajaran gambar acak adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan yang
logis.Pembelajaran ini memiliki ciri aktif, inovatif, dan menyenangkan. Model
pembelajaran gambar acak, mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran
sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan
ditampilkan.
Metode gambar acak memiliki kelebihan dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif lainnya. Kelebihan itu adalah meningkatkan cara
berpikir terstruktur dan rasa bertanggungjawab pada diri siswa (Yuniari,2017).
7.
Langkah-langkah
Pembelajaran dengan Metode Gambar Acak
Langkah-langkah dalam model pembelajaran dengan metode gambar acak
adalah sebagai berikut:
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Dilangkah ini guru
diharapkan untuk menyampaiakan apakah yang menjadi kompetensi dasar mata
pelajaran yang bersangkutan.
a.
Menyajikan
materi sebagai pengantar. Disini guru memberikan momentum permulaan
pembelajaran. Guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa.
Dengan motivasi dan teknik yang menarik dan baik dalam pemberian materi akan
menarik minta siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
b.
Guru
memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi. Guru
mengajak siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati
setiap gambar yang ditunjukkan oleh guru.
c.
Guru
memberikan permainan, dalam hal ini yang kalah akan maju ke depan kelas untuk
mencoba mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.
d.
Guru
menanyakan alasan atau dasar pemikiran atas urutan gambar tersebut kepada siswa.
Ajaklah siswa merumuskan jalan cerita atau tuntutan kompetensi dasar dengan
indikator yang akan dicapai.
e.
Guru
dapat mengarahkan siswa untuk menuliskan secara garis besar, peristiwa apa yang
terjadi pada gambar. Tulisan-tulisan tersebut akan menjadi kerangka cerita
siswa, yang kemudian akan mereka kembangkan menjadi sebuah cerita pendek yang
menarik (Ati dkk, 2018:33)
B.
Penelitian
Terdahulu
Penelitian yang
relevan dengan penelitian ini, adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti
2017 yang berjudul Penerapan Model Picture and Picture untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA Negeri 1
Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penggunaan model picture and picture dapat meningkatkan kemampuan
menulis puisi siswa kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Mengwi, dan dapat membuat siswa
menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Sedangkan dalam
penelitian ini menggunakan metode gambar acak yang bahwasanya metode tersebut
sama dengan model pembelajaran picture and picture dan akan diterapkan
dalam pembelajaran menulis cerpen di MTsN 1 Kota Blitar.
Penelitian yang
juga relevan dengan penelitian ini adalah, penelitian yang dilakukan oleh
Wulandari dkk 2016 yang berjudul
Penerapan Metode Picture and Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan
Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa SMA. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa dengan penggunaan metode picture and picture telah mampu membuat
siswa bersemangat dalam menulis teks narasi dengan baik dan runtut, adanya
peningkatan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide tulisan, pengorganisasian
sudah mulai membaik sehingga tulisan dapat dibaca dan dipahami oleh
pembaca.Pada penelitian tersebut, peneliti melakukan di SMK Negeri 4 Sukoharjo
dengan menerapkan metode picture and picture pada menulis teks narasi.
Sedangkan pada penelitian ini, dilaksanakan di MTsN 1 Kota Blitar dengan
menerapkan metode gambar acak yang sama dengan metode picture and picture pada
menulis cerpen.
C.
Kerangka
Berpikir
Menulis
merupakan suatu kegiatan yang menyampaikan gagasan, pikiran, ide dalam bentuk
tulisan untuk menyampaikan suatu pesan kepada khalayak pembaca.Salah satunya
dengan menulis cerpen.Menulis cerpen mempunyai fungsi penting, yaitu dapat
merangsang pikiran dalam pikiran manusia, melatih otak manusia dalam mengkonsep
ide, dan berlatih memecahkan masalah.Dalam menulis cerpen, seseorang dituntut
untuk mampu berimajinasi dan berkreasi untuk memunculkan ide-ide baru.
Dalam menulis
cerpen, banyak masalah yang dialami siswa selama pembelajaran menulis cerpen berlangsung. Diantaranya (1)
Kurangnya pembendaharan kata yang dimiliki siswa, sehingga siswa sulit
mengungkapkan sesuatu yang ingin diutarakanya; (2) Pengembangan cerita yang
tidak sesuai atau tidak konsisten dalam penyajian alur ceritanya; dan (3) Siswa
kesulitan dalam mengembangkan ide cerita. Hal ini mengakibatkan, siswa sering
berhenti di tengah-tengah cerita dan kebingungan akan lanjutan jalan ceritanya.
Ketiga masalah tersebut, adalah masalah yang sering dihadapi siswa selama kegiatan
menulis cerpen.Masalah ini dapat menghambat keterampilan siswa dalam menulis
cerpen.
Penggunaan
metode yang inovatif dan menyenangkan dalam pembelajaran menulis cerpen, perlu
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis.
Metode acak, memiliki peran penting dalam proses pembelajaran menulis cerpen.Metode
acak memiliki kelebihan dalam penerapannya yaitu, melatih berpikir logis dan
sistematis, membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang,
mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik lagi, dan siswa dilibatkan
dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
Pada penelitian
ini, salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa
adalah dengan metode gambar acak.Metode ini diterapkan agar siswa mampu menulis
cerpen dengan baik dan meminimalisir masalah-masalah yang terjadi dalam menulis
cerpen.
D.
Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah setelah
mengikuti pembelajaran menulis cerpen melalui metode gambar acak pada siswa
kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis cerpen dan pembelajaran di kelas menjadi menyenangkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Rancangan
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas (PTK) artinya penelitian ini dilakukan di kelas dalam satu
sekolah.Penelitian ini merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas (Tranwati, 2009:45).Menurut (Kemmis dan
Taggart dalam Zahra, 2015:23) penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan
rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan, serta
mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi yang dilaksanakan.Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
(1) adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu kegiatan; (2) adanya tujuan
untuk meningkatkan kualitas kegiatan; (3) adanya tindakan untuk meningkatkan
suatu kegiatan.
Penelitian ini
menggunakan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.Untuk mengetahui kemampuan
siswa, sebelum diberi tindakan diberikan tes pada siklus I. Siklus I sekaligus
dipakai sebagai refleksi untuk siklus II. Siklus II bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui metode gambar acak, setelah
dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan siklus I. Penelitian tindakan kelas
dilaksanakan dalam bentuk proses terdiri atas empat tahap pada setiap
siklusnya. Yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
1.
Perencanaan
Rencana tindakan yang tersusun dan mengarah pada tindakan ini
dimaksudkan bahwa rencana yang dibuat harus melihat permasalahan, sehingga
semua tindakan dalam batas tertentu tidak dapat diprediksikan.Perencanaan dapat
bersifat fleksibel dan refleksibel. Fleksibel berarti rencana harus dapat
diadaptasikan dengan faktor-faktor yang tidak terduga muncul selama proses
tindakan. Sedangakan refleksibel berarti rencana harus dibuat berdasarkan hasil
pengamatan awal yang refleksif, sesuai dengan kenyataan dan permasalahan yang
muncul.
2.
Tindakan
Pelaksanaan tindakan yaitu implementasi atau penerapan isi
rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Pelaksanaan tindakan
yang akan dilaksanakan ini disesuaikan dengan rencana yang telah disiapkan.
3.
Observasi
Observasi atau pengamatan adalah pelaksanaan pengamatan oleh
pengamat dari pelaksanaan tindakan-tindakan yang dilakukan siswa dalam
pembelajaran menulis cerpen.Kegiatan pengamatan dilakuakan mulai dari pra
tindakan hingga akhir tindakan dilakukan.
4.
Refleksi
Setelah pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan analisis terhadap
hasil tes, hasil observasi, hasil wawancara yang telah dilakukan. Kegiatan
refleksi merupakan kegiatan memaknai proses, persoalan, dan kendala yang muncul
selama proses tindakan.
B.
Subjek
dan Objek Penelitian
1.
Subjek
penelitian
Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IX-E MTsN 1
Kota Blitar.Penentuan kelas tersebut berdasarkan permasalahan yang dimiliki
dari hasil wawancara dengan guru, yang dilakukan sebelum penelitian.
2.
Objek
penelitian
Objek penelitian mencakup proses pembelajaran menulis dan penilaian
keterampilan menulis cerpen siswa kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar dengan
menerapkan metode gambar acak. Objek hasil atau produk penelitian adalah skor
yang diperoleh siswa selama pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen melalui
metode gambar acak.
C.
Variabel
Penelitian
Variabel dalam
penelitian ini ada dua macam, yaitu (1) peningkatan keterampilan menulis cerpen
siswa, dan (2) penggunaan metode gambar acak.
1.
Peningkatan
keterampilan menulis cerpen.
Keterampilan siswa dalam menulis cerpen, perlu ditingkatkan sebagai
bentuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.Pada hakikatnya, menulis cerpen
sebagai salah satu keterampilan dalam mengungkapkan ide, gagasan, pendapat dari
sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan pada suatu kejadian atau objek
tertentu.
Keberhasilan dari siswa dalam menulis cerpen, jika siswa mampu membuat,
menyusun atau menghasilkan cerpen melalui metode gambar acak dengan benar dan
tepat
2.
Penggunaan
metode gambar acak.
Gambar merupakan sebuah perpaduan antara titik, garis, bidang dan
warna yang berguna untuk mencitrakan sesuatu. Gambar dapat digunakan menjadi
alat bantu untuk menciptakan ide, gagasan, pendapat untuk menghasilkan suatu
karya tulis. Terlebih dalam menulis cerpen.
Penggunaan metode gambar acak dalam proses pembelajaran menulis
cerpen diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menciptakan atau menghasilkan
suatu tulisan, serta dapat meningkatkan dan mempertinggi hasil belajar menulis
cerpen. Selain itu, penggunaan metode gambar acak dapat menjadikan proses
pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
D.
Instrumen
Penelitian
Instrumen pada
penelitian tindakan kelas ini digunakan oleh peneliti adalah instrumen tes dan
nontes.Instrumen tes berupa esai mengenai menulis cerpen melalui metode gambar
acak.Instrumen nontes berupa lembar pengamatan (observasi), jurnal (catatan)
dan dokumentasi foto.
1.
Instrumen
Tes
Penelitian ini menggunakan instrumen tes dengan kegiatan, siswa
menulis cerpen untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen melalui
metode gambar acak.Tes ini dilaksanakan untuk mengetahui pengetahuan dan
kemampuan siswa tentang menulis cerpen.Tes yang digunakan dalam penelitian ini
adalah memberikan perintah pada siswa untuk mengamati sebuah gambar yang
tersusun secara acak, kemudian siswa mengurutkan gambar-gambar tersebut menjadi
sebuah urutan yang logis atau menjadi sebuah cerita.
Setiap hasil karya dari siswa mendapat beberapa butir penilaian
dengan rincian meliputi aspek penilaian dalam membuat cerpen meliputi: (1)
tokoh penokohan, (2) alur, (3) latar, (4) sudut pandang, (5) gaya bahasa.
Aspek-aspek yang dinilai dalam tes peningkatan menulis cerpen melalui gambar
acak dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Aspek penilaian berdasarkan peningkatan keterampilan
menulis cerpen melalui metode gambar acak
No
|
Aspek yang dinilai
|
Kriteria
|
Skor
|
1
|
Tokoh penokohan
|
a.
Karakter
sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh jelas.
b.
Karakter
sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh kurang jelas.
c.
Karakter
kurang sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh kurang jelas.
d.
Karakter
tidak sesuai dengan peranannya dan penggambaran tokoh tidak jelas.
|
5
4
3
1
|
2
|
Alur
|
a.
Pengembangan
alur jelas serta adanya konflik yang menarik.
b.
Pengembangan
alur cukup jelas serta adanya konflik yang menarik.
c.
Pengembangan
alur kurang jelas serta adanya konflik kurang menarik.
d.
Pengembangan
alur tidak jelas serta adanya konflik yang tidak menarik.
|
5
4
3
1
|
3
|
Latar
|
a.
Pemilihan
latar menggambarkan 3 aspek (tempat, waktu, dan suasana) sesuai dengan terjadinya
peristiwa.
b.
Pemilihan
latar menggambarkan 2 aspek sesuai dengan terjadinya peristiwa.
c.
Pemilihan
latar menggambarkan 1 aspek sesuai dengan terjadinya peristiwa.
d.
Pemilihan
latar tidak menggambarkan 3 aspek (tempat, waktu, dan suasana).
|
5
4
3
1
|
4
|
Sudut pandang
|
a.
Sudut pandang
yang digunakan dapat menjelaskan tokoh.
b.
Sudut pandang
yang digunakan cukup dapat menjelaskan tokoh.
c.
Sudut pandang
yang digunakan kurang dapat menjelaskan tokoh.
d.
Sudut pandang
yang digunakan tidak dapat menjelaskan tokoh.
|
5
4
3
1
|
5
|
Gaya bahasa
|
a.
Penggunaan diksi dan gaya bahasa sesuai
dengan situasi dalam cerita.
b.
Penggunaan
diksi dan gaya bahasa cukup sesuai dengan situasi dalam cerita.
c.
Penggunaan
diksi dan gaya bahasa kurang sesuai dengan situasi dalam cerita.
d.
Penggunaan
diksi dan gaya bahasa tidak sesaui dengan situasi dalam cerita.
|
5
4
3
1
|
Keterangan :
Sangat Baik (SB) : skor
5
Baik (B) :
skor 4
Cukup (C) :
skor 3
Kurang (K) :
skor 1
2.
Instrumen
Nontes
a.
Pengamatan
(Observasi)
Lembar observasi digunakan untuk mendata, memberikan gambaran dalam
proses pembelajaran di kelas. Lembar
observasi yang digunakan berdasarkan kegiatan yang berlangsung di dalam
kelas.Aspek-aspek tersebut terdapat dalam tabel di bawah ini.
Tabel
2. Rubrik penilaian tingkah laku siswa selama pembelajaran menulis cerpen
melalui metode gambar acak di kelas
No
|
Aspek yang diamati
|
Skala skors
|
Jumlah skros
|
1.
|
Keaktifan
|
5 4 3
2 1
|
|
2.
|
Perhatian
dan konsentrasi siswa pada pelajaran
|
5 4 3
2 1
|
|
3.
|
Minat
siswa selama pembelajaran
|
5 4 3
2 1
|
Keterangan
:
Skors
5 : Sangat baik
Skors
4 : Baik
Skors
3 : Cukup
Skors
2 : Kurang
Skors
1 : Sangat kurang
b.
Jurnal
(catatan)
Jurnal atau catatan adalah riwayat tertulis tentang apa yang
dikatakan dan dilakukan guru maupun siswa dalam situasi pembelajaran (Mayda
dalam Zahra,2015:31). Catatan digunakan untuk mendata, mendeskripsikan kegiatan
pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.
c.
Dokumentasi
foto
Foto digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa pada siswa
pada saat pembelajaran berlangsung. Dari foto-foto yang diambil dapat
mempermudah peneliti untuk mendiskripsikan hasil penelitiannya, khususnya yang
berkaitan dengan tungkah laku siswa saat proses pembelajaran. Pengambilan data
dengan dokumentasi foto ini difokuskan pada: (1) saat aktivitas awal mengamati
dan mengurutkan gambar, (2) saat siswa mulai menulis cerpen berdasarkan gambar
yang telah disusun. Dokumentasi foto ini merupakan wujud nyata yang dapat
dilihat dari pedoman observasi. Jadi dengan adanya dokumentasi foto akan
membuat peneliti mengingat data kualitatif yang mungkin terlewatkan dan tidak
teramati saat penelitian.
E.
Teknik
Pengumpulan Data
Pengumpulan
data berupa pengamatan, wawancara, catatan, foto, dan tes.
1.
Pengamatan
Teknik ini dilakukan dengan cara mengamati siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, yaitu saat sebelum tindakan dan saat tindakan.
Pengamatan dalam penelitian ini,bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran
keterampilan menulis cerpen yang berlangsung di kelas IX-E MTsN 1 Kota Blitar.
Pada tahap ini, peneliti memberikan tanda centang pada lembar
observasi berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung.
2.
Wawancara
Teknik ini dilakukan terhadap guru dan siswa untuk menggali informasi,
guna memperoleh data.Wawancara yang dilakukan kepada guru dilakukan sebelum
tindakan berlangsung.Sedangakan wawancara yang dilakukan kepada siswa dilakukan
sebelum dan sesudah tindakan berlangsung.Peneliti tidak melakukan wawancara
pada seluruh siswa di kelas, melainkan hanya beberapa siswa saja.
3.
Catatan
Catatan digunakan untuk mencatat atau mendeskripsikan
kegiatan-kegiatan guna mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa atau
kejadian-kejadian yang menonjol selama pembelajaran berlangsung.
4.
Foto
Data dokumentasi foto penelitian ini, diambil pada awal kegiatan
hingga akhir. Foto-foto tersebut merupakan semua kegiatan dan tingkah laku
siswa selama proses pembelajaran menulis cerpen berlangsung.
5.
Tes
Pada penelitian ini, peneliti mengadakan tes sebelum diberi
tindakan dan sesudah adanya tindakan.Tes sebelum tindakan, siswa disuruh
menulis, membuat cerpen dengan tema bebas sesuai keinginan masing-masing
siswa.Tes setelah tindakan adalah tes yang diberikan setelah pembelajaran
menulis cerpen melalui metode gambar acak.
Pengumpulan data tes untuk mengungkap peningkatan keterampilan
menulis cerpen siswa melalui metode gambar acak.Tes dilaksanakan di kelas
setelah guru selesai memberikan materi pembelajaran menulis cerpen melalui
metode gambar acak.Tes ini untuk mengetahui peningkatan siswa dalam menulis
cerpen setelah menggunakan atau menerapkan metode gambar acak.Setelah siswa
menulis cerpen melalui metode gambar acak, kemudian dilakukan evaluasi untuk
memberikan nilai pada siswa dan hasil tersebut disebut sebagai hasil tes siklus
I. Pada siklus I tugas yang dilakukan sama dengan tugas pada siklus II yaitu
siswa diminta menulis cerpen melalui metode gambar acak. Hasil pada siklus I
dianalisis kemudian dari hasil tersebut, diketahui kelemahan siswa, kelemahan
tersebut menjadi bekal untuk melakukan tes pada siklus II.
F.
Teknik
Analisis Data
Teknik analisis
data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif.
1.
Teknik
kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes menulis cerpen melalui
metode gambar acak.Data kuantitatif diperoleh dari penilaian tes dan penilaian
nontes pada siklus I dan II.Hasil perhitungan peningkatan menulis cerpen
melalui metode gambar acak dari masingmasing siklus dibandingkan. Hasil ini
akan memberikan gambaran mengenai presentase peningkatan keterampilan menulis
cerpen melalui metode gambar acak.
2.
Teknik
kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari instrumen nontes berupa lembar
pengamatan, wawancara, jurnal atau catatan, dan dokumentasi foto. Skor yang
diperoleh dari penilaian kemudian dikualitatifkan dan hasilnya untuk mengetahui
proses belajar, perkembangan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran
menulis cerpen melalui metode gambar acak berlangsung.
DAFTAR RUJUKAN
Ati, Aster
Pujaning, Sigit Widiyarto, dan Nana Suyana.2018. Penerapan Metode Picture
and Picture untuk Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas VIII
SMP AL IHSAN dan SMP TASHIFIA Kota Bekasi.Jurnal Pengabdian Masyarakat
ADIMAS. Jakarta Timur: Universitas Indraprasta PGRI Jakarta.
Budiyono,
Herman. 2012. Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis Proses Menulis dan
Teori Pemerolehan Bahasa: Jurnal Pena Volume 2 No.3. Jambi: Universitas
Jambi.
Lauma, Athar.
2017. Unsur-unsur Intrinsik Cerita Pendek “Protes” Karya Putu Wijaya. Jurnal.
Manado: Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Universitas Sam
Ratulangi.
Pujiono,
Muhammad. 2006. Analisis Nilai-nilai Religius dalam Cerita Pendek (Cerpen)
Karya Miyazawa Kenji. Karya Ilmiah. Medan: Fakultas Sastra, Universitas
Sumatera Utara.
Tranwati, Novia
Dwi. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Berdasarkan Pengalaman
Pribadi Melalui Media Angka Siswa Kelas X SMA DIAN KARTIKA Semarang.
Skripsi. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang
Yuniarti, I
Gusti Ayu Bintang. 2017. Penerapan Model Picture and Picture untuk
Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi pada Siswa Kelas X MIA 6 SMA Negeri 1
Mengwi Tahun Pelajaran 2016/2017: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Volume 7 No 2. Singaraja:
Universitas Pendidikan Ganesha.
Wulandari, Yesi
Tri, Edy Suryanto, dan Kundharu Saddhono. 2016. Penerapan Metode Picture and
Picture untuk Meningkatkan Motivasi dan Keterampilan Menulis Teks Narasi Siswa
SMA: Jurnal Penelitian Pendidikan PAEDAGOGIA [Hal. 53-67] Volume 19 No.1.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
No comments:
Post a Comment