Friday, August 2, 2019

Semantik - Konsep Dasar Makna


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Makna
Untuk memahami suatu makna atau arti, Ferdinand de Saussure menyebutkan bahwasanya setiap tanda linguistik terdiri dari dua unsur, yaitu: (1) konsep atau makna dari suatu tanda bunyi dan (2) bunyi-bunyi yang terbentuk dari fonem-fonem bahasa yang bersangkutan. Jadi setiap tanda-linguistik terdiri dari unsur bunyi dan unsur makna.
Umpamanya tanda linguistik yang dieja <meja>. Tanda ini terdiri dari unsur makna atau yang diartikan ‘meja’ dan unsur bunyi yang mengartikan dalam wujud runtutan fonem [m,e,j,a]. lalu tanda <meja> ini, yang dalam hal ini terdiri dari unsur makna dan unsur bunyinya mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa, yaitu sebuah meja sebagai perabot rumah tangga. Kalau kata <meja> adalah sebagai hal yang menandai (tanda linguistik), maka sebuah <meja> sebagai perabot ini adalah hal yang ditandai.
                             ‘makna’
                             yang diartikan


Tanda linguistik                                                                  referen



                                     [bunyi]
                                     yang mengartikan

                     yang menandai                                               yang ditandai
                     (intralingual)                                                   (ekstralingual)

Sebetulnya dalam bidang semantik istilah yang biasa digunakan untuk tanda-linguistik itu adalah leksem, yang lazim didefinisikan sebagai kata atau frase yang merupakan satuan bermakna (Harimurti 1982: 98). Sedangkan istilah kata, yang lazim didefinisikan sebagai satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri dan dapat terjadi dari morfem tunggal atau gabungan morfem (Harimurti 1982: 76) adalah istilah dalam gramatika. Kedua istilah itu dianggap memiliki pengertian yang sama, sebab baik kata maupun leksem bisa berwujud kata tunggal maupun gabungan kata (frase idomatik). Bedanya hanya leksem adalah istilah dalam bidang semantik sedangkan kata adalah istilah dalam bidang gramatika.
Sebuah kata/leksem mengandung makna atau konsep itu. Makna atau konsep bersifat umum; sedangkan sesuatu yang dirujuk, yang berada diluar dunia bahasa, bersifat tertentu: umpamanya kata <meja> mengandung konsep meja pada umumnya, meja apa saja, atau segala macam meja. Tetapi dalam dunia nyata, meja-meja yang dirujuk adalah bersifat tertentu; atau dengan kata lain dalam dunia nyata kita dapati berbagai macam meja yang ukuran, bentuk, dan bahannya tidak sama. Hubungan antara kata <meja> dengan maknanya atau konsepnya bersifat langsung. Begitu juga hubungan antara makna itu dengan meja tertentu di dunia nyata juga bersifat langsung; tetapi hubungan antara kata <meja> dengan dengan sebuah meja di dunia nyata tidak bersifat langsung; maka dari itu dalam bagan hubungan antara kata dengan referennya ditandai dengan garis terputus-putus.[1]
Sedangkan menurut Mansoer Pateda makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Istilah makna meskipun membingungkan sebenarnya lebih dekat dengan kata. Sering kita berkata apa artinya kata ini? Kalau seseorang berkata, saya akan berangkat: itu berarti bahwa ia siap berjalan, siap melaksanakan kegiatan atau aktivitas pindah, pindah dari satu tempat ke tempat lain, dengan jalan melaksanakan kegiatan berjalan. Sering seseorang berkata,: kita harus membantu orang miskin: yang kemudian diikuti dengan gerakan ; gerakan membantu orang miskin. Ini berarti wujud membantu orang miskin tampak dari gerakan memberikan sesuatu kepada orang miskin.[2]
B.     Pendekatan Makna
Makna dapat dibicarakan dari dua pendekatan, yakni pendekatan analitik atau referensial dan pendekatan operasional.
Pendekatan analitik ingin mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama. Contoh, kata istri. Dilihat dari pendekatan analitik, kata istri dapat diuraikan menjadi :
·         perempuan.
·         telah bersuami.
·         kemungkinan telah memiliki anak.
·         manusia.
·         ramah-tamah.
·         berambut panjang.
·         pendamping suami.
sedangkan pendekatan operasional ingin mempelajari kata dalam penggunaannya. Pendekatan operasional lebih menekankan, bagaimana kata dioperasikan di dalam tindak fonasi sehari-hari. Contoh kata istri dilihat dari segi pendekatan operasiona, akan terlihat dari kemungkinan-kemungkinan permunculannya dalam kalimat-kalimat, misalnya sebagai berikut.
·         Si Dula mempunyai istri.
·         Istri si Ali telah meninggal.
·         Banyak istri yang bekerja di kantor.
·         Apakah istrimu sudah naik haji?
Tetapi tidak mungkin orang mengatakan.
·         Istri Ali berkaki tiga.
·         Istri tidak pernah melahirkan.
Tokoh terkenal dalam pendekatan operasional adalah I. Wittgenstein yang mengemukakan pendapatnya di dalam buku Philosophical Investigation (1953). Pendekatan operasional menggunakan tes substitusi untuk menentukan tepat tidaknya makna sebuah kata.misalnya, apakah kata sebab sama maknanya dengan kata karena? Untuk itu diketahui dengan tes.
·         Ia sakit sebab mandi di hujan.
·         Ia sakit karena mandi di hujan.
Terlihat bahwa kata sebab dan karena dapat digunakan dalam kedua kalimat ini.
Selain dua pendekatan ini, pendekatan makna dapat dilihat pula dari hubungan-hubungan fungsi yang berbeda di dalam bahasa. Pada umumnya orang membedakan pendekatan ekstensional (extensional) dan pendekatan intensional (intensional). Pendekatan ektensional adalah pendekatan yang memusatkan perhatian pada penggunaan kata di dalam konteks. Pendekatan ini menunjuk pada keseluruhan, kejadian, abstraksi atau raksi pembicara terhadap satuan-satuan. Misalnya, kita melihat kendaraan bertabrakan, maka dengan cepat kita berkata “Ada kecelakaan”, analisis kita segera berhubungan dengan (i) pola-pola yang hadir bersama-sama (ii) substitusi, binatang---kucing (iii) lawan kata. Pada peristiwa tabrakan tadi kita mengetahui bahwa kejadian seperti itu namanya tabrakan. Dengan kata lain kita mengerti makna kata tabrakan, bertabrakan.[3]


BAB III
SIMPULAN
Makna merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Bentuk makna diperhitungkan sebagai istilah sebab bentuk ini mempunyai konsep dalam bidang ilmu tertentu, yakni dalam bidang linguistik. Istilah makna meskipun membingungkan sebenarnya lebih dekat dengan kata. Pendekatan dalam bidang studi makna ada tiga yaitu pendekatan analitik atau referensial, pendekatan operasional dan pendekatan ekstensional.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta


[1]Abdul chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 29-32
[2] Mansoer Pateda, semantik leksikal,(Jakarta: Rineka Cipta)hlm. 79-80
[3] Mansoer Pateda, semantik leksikal,(Jakarta: Rineka Cipta)hlm. 88

No comments:

Post a Comment

Semantik - Konsep Dasar Makna

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Makna Untuk memahami suatu makna atau arti, Ferdinand de Saussure menyebutkan bahwasanya setiap ...