Friday, August 2, 2019

Menulis Puisi - Tipografi Puisi


BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab I ini memaparkan tentang latar belakang penulisan makalah, rumusan masalah makalah, dan tujuan penulisan makalah.
A.    Latar Belakang
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang paling menarik tetapi pelik. Sebagai salah satu jenis sastra, puisi merupakan pernyataan sastra yang paling utama. Segala unsur seni sastra mengental dalam puisi.
Puisi mengandung karya estetis yang bermakna, mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang panca indra dalam susunan yang berirama. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang digubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat membuat kita tertawa, menangis, tersenyum, berfikir, merenung, terharu bahkan emosi dan marah.
Sampai sekarang, puisi selalu mengikat hati dan digemari oleh semua lapisan masyarakat karena keindahan kata-katanya dan keunikan tipografinya. Oleh karena kemajuan masyarakat dari masa ke masa selalu meningkat. Maka tipografi, sifat, dan bentuk puisi pun selalu berubah, mengikuti perkembangan selera, konsep estetika yang selalu berubah dan kemajuan intelektual yang selalu meningkat
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, penulis mengangkat judul makalah “Menciptakan Tipografi dalam Menulis Puisi”. Seiring berkembangnya zaman, puisi terus berkembang dan tipografinya (tata wajah) semakin unik dan menarik.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tipografi dalam puisi?
2.      Bagaimana bentuk-bentuk tipografi dalam puisi?


C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mendeskripsikan pengertian tipografi dalam puisi.
2.      Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk tipografi dalam puisi

BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, pada bab II ini akan membahas mengenai pengertian dan bentuk-bentuk tipografi puisi.
A.    Pengertian Tipografi
Tipografi (tata wajah) merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf namun membentuk bait. Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir ke tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu terpenuhi tulisan, hal ini tidak berlaku untuk tulisan berbentuk prosa. Baris-baris prosa dapat saja disusun seperti tipografi puisi, namun makna prosa tersebut akan berubah menjadi lebih kaya, jika prosa itu ditafsirkan sebagai puisi. Sebaliknya, jika tetap menafsirkan puisi sebagai prosa, tipografi tersebut tidak berlaku. Cara sebuah teks ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan yang diperkuat oleh penyajian tipografi puisi. Dalam puisi-puisi kontemporer seperti karya-karya Sutardji Calzoum Bachri, tipografi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna kata-kata.[1]
Secara tipografis, bentuk susunan puisi tidak terikat oleh model apapun. Penyair bebas memilih bentuk visual bait. Di dalam kenyataannya, terdapat beragam tipografi puisi. Bait-bait yang disusun penyair merupakan ikatan dari baris dan kata yang ditata dengan irama tertentu. Penataan ini dengan sendirinya akan membentuk unsur tipografi tertentu. Menurut Aminuddin (1987:146) tipografi di dalam puisi berfungsi sebagai penampilan yang artistik serta memberikan nuansa makna dan suasana tertentu. Di samping itu, tipografi juga untuk mempertegas adanya loncatan gagasan dan memperjelas satuan-satuan makna tertentu.[2]

B.     Bentuk-bentuk Tipografi
Secara umum tipografi memberikan kesan visual untuk memikat pembaca. Berbagai bentuk tipografi seperti menyerupai bangunan, rumah, gelas, pot, segitiga, dan lain-lain. Dari bentuk-bentuk tampilan tipografi, dapat dikelompokkan alasan tipografi terbentuk.

1.      Tipografi Konvesional
HATIKU ANGIN
Evi Idawati

Hatiku angin
Mengembara
Mengalir
Terhirup nafasmu

Hatiku angin
Menyebar
Kosong tak terlihat
Mencemari nadi
Meracun darah
Hingga kaku
Bagai patung diriku

2.      Tipografi seperti prosa

SAUDARA KEMBARKU
Subagyo Sastowardoyo

      Kalau ada dalam-dalam terdengar di malam hari, aku tahu itu saudara kembarku. Ia menanti aku di pekarangan, karena aku melarang ia masuk.
      Pernah ia begitu rindu kepadaku, dan tiba-tiba hadir di tengah keluargaku dengan tamu-tamu yang sedang berpesta merayakan hari lahirku. Mereka semua ketakutan melihat ia duduk di dalam, karena muka saudara kembarku sangat buruk. Aku malu dan minta ia menunggu di luar kalau mau bertemu dengan aku.[3]

3.      Tipografi Susunan Rima
Sajak ini mengandalkan rima, ada yang mengandalkan repitisi (pengubahan awal), rima tegak atau penuh. Kata yang sama atau rima yang sama disusun secara sejajar. Akibatnya memperlihatkan tipografi dengan susunan kata yang teratur. Misalnya:


SOLITUDE
yang paling mawar
yang paling duri
yang paling senyap
yang paling bumi
yang paling pisau
yang paling risau
yang paling nancap
yang paling dekap

samping yang paling
Kau !
(Buchari, 1981:37)

Sajak solitude di atas menggambarkan repitisi kata yang, paling sebanyak delapan kali. Tipografi tidak ada kaitanya dengan makna yang disampaikan.Ejaanya juga benar dan logis.

4.      Tipografi Bentuk Benda
Sajak bertipografi bentuk benda selalu mengaitkan benda yang divisualkan dengan makna yang disampaikan, meskipun benda tersebut tidak menyampaikan makna secara menyeluruh. Misalnya:



SECANGKIR SAKE, SEJINTIK TARI, SIKOYO SAN

Angin sungai, dan suara gendang,
Menerobos bedakmu
Aku menghirup rupa, menghirup
Wangi, menghirup tradisi
Menangkap makna di balik kelebat
Payung jinggamu
Mencari suara-suara abadi di balik
Kimonomu
Kaukah itu kiyoko san
Di balik gemuruh
Play station
Dan
Keletah sincan
Ketika aku mabuk dan kikikmu
Tertahan

(Liamsi, 1999:77)

Sajak Rida K Liamsi di atas, menampilkan visual gelas. Secara tidak langsung ada hubunganya dengan makna yang disampaikan judul, bahkan jika diteliti ada pemaksaan ejaan benar untuk kepentingan tipografi pada baki gelas, mulai baris keenam hingga baris kedua belas.
Berbeda dengan puisi di bawah, tidak ada hubungan judul dengan tipografi rumah jika sekilas dilihat. Namun, jika dianalisis secara mendalam bangunan rumah menggambarkan bolong. Apa yang dipidatokan tidak sama dengan kenyataan, sebaiknya jangan berpidato

Jangan berpidato
Jangan berpidato!
Kata katamu yang paling bijak
Hanyalah bedakmurah yang tak
Sanggup lagi
Menutupi korang-borok-kurap-kudis-panumu
Peradaban                                            koreng!
Hakasasi                                              borok!
Perdamaian                                          kurap!
Demokrasi                                           Kudis!
Humanisasi                                          Panu!
Berlagaklah adi siapa peduli
Bangunan mu tinggal cantik di luar
Tinggal menunggu saat-saat ambyar
           (Bisri, 1993: 8)

5.      Tipografi Berdasarkan Ejaan yang Benar
Ada juga sajak yang sangat memperhitungkan ejaan benar. Pemotongan larik tepat pada ejaan benarnya. Tanda pemotong itu ditandai dengan kelompok larik. Seperti sajak terikat, pantun, talibun, syair, gurindam, dan lain-lain yang iramanya jatuh pada kaisura. Rima ini dapat digambarkan ejaan benar yang tepat.

TAPI
Aku bawakan bunga padamu
                              Tapi kau bilang masih
Aku bawakan resahku padamu
                              Tapi kau bilang hanya
Aku bawakan darahku padamu
                              Tapi kau bilang Cuma
Aku bawakan mimpiku padamu
                              Tapi kau bilang meski
Aku bawakan dukaku padamu
                              Tapi kau bilang tapi
Aku bawakan mayatku padamu
                              Tapi kau bilang hampir
Aku bawakan arwahku padamu
                              Tapi kau bilang kalau
Tanpa apa aku datang padamu
                              Wah![4]



6.      Tipografi Zigzag Vertikal
“Tragedi Winkha & Sihka” karya Sutardji Calzoum Bahri
            TRAGEDI WINKHA & SIHKA
kawin
kawin
                        kawin
                                    kawin
                                                kawin
                                                            ka
                                                win
                                    ka
                        win
            ka
win
ka
winka
            winka
                        winka
                                    sihka
                                                sihka
                                                            sihka
                                                                        sih
                                                            ka
                                                sih
                                    ka
                        sih
            ka
sih
ka
            sih
                        sih
                                    sih
                                                sih
                                                            sih
                                                                        sih
                                                                                    sih
                                                                                                ka
                                                                                                            ka
                                    (SutardjiCalzoumBahri, 1981)

Tipografi zigzag vertical pada puisi tersebut menyugesti pada makna perjalanan sebuah perkawinan yang tidak mulus tetapi penuh dengan liku-liku. Pada puisi tipografi kata-kata atau kalimat masih digunakan penyair.[5]




BAB III
PENUTUP

Pada bab III ini, membahas mengenai simpulan dari bab II pembahasan.

Simpulan
Tipografi merupakan tatanan larik, bait, kalimat,kata dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa dan suasan. Sebuah puisi . puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tesebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak  hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya.
Terdapat beberapa bentuk tipografi. Seperti (1) Tipografi Konvensional, (2) Tipografi seperti prosa, (3).Tipografi Susunan Rima. Dimana Sajak ini mengandalkan rima, ada yang mengandalkan repitisi (pengubahan awal), rima tegak atau penuh. Kata yang sama atau rima yang sama disusun secara sejajar.(4). Tipografi Bentuk Benda Sajak bertipografi bentuk benda selalu mengaitkan benda yang divisualkan dengan makna yang disampaikan.(5).Tipografi Berdasarkan Ejaan yang Benar  : sajak yang sangat memperhitungkan ejaan benar. Pemotongan larik tepat pada ejaan benarnya, dan (6).Tipografi Zigzag Vertikal



DAFTAR RUJUKAN

Suryaman, Maman & Wiyatmi. 2013. Puisi Indonesia. Yogyakarta: UNY
Syafrial. 2008. Analisis Struktur Tipografi Sajak-Sajak Kontemporer. Riau: Universitas Riau
UNY.Puisi sebagai Karya Sastra .Eprints.uny.ac.id (daring) diakses pada 19 November 2018 pukul. 11.00



[1]UNY, Puisi sebagai Karya Sastra. Eprints.uny.ac.id (Yogyakarta: UNY), hal. 14-15
[2]Suryaman & Wiyatmi, Puisi Indonesia (Yogyakarta: UNY, 2013) Hal. 74
[3] Ibid., hlm.75-76
[4]Syafrial, Analisis Struktur Tipografi Sajak-Sajak Kontemporer, (Riau: Universitas Riau,2008) hlm.28-30
[5]Suryaman & Wiyatmi, Puisi Indonesia (Yogyakarta: UNY, 2013) Hal. 25

No comments:

Post a Comment

Semantik - Konsep Dasar Makna

BAB II PEMBAHASAN A.     Pengertian Makna Untuk memahami suatu makna atau arti, Ferdinand de Saussure menyebutkan bahwasanya setiap ...