PENDEKATAN
HISTORIS-BIOGRAFIS
Abstrak: puisi
lama merupakan sebuah karya sastra yang memiliki suatu nilai kehidupan
tersendiri, mengapresiasi puisi lama
berarti menelusuri jejak-jejak kehidupan masa lampau dalam suatu kelompok
masyarakat. Hal itu dapat dilihat
dari puisi kuno yang salah satunya berbentu syair. Beberapa
isi syair ini menyimpan suatu nilai kehidupan yang dapat diambil hikmah dalam
kehidupan si-pembaca.
Kata kunci: puisi lama,
pendekatan historis biografis, syair
Pendahuluan
Puisi lama
merupakan cerminan sejarah dan kehidupan masyarakat lama, karena masyarakat
lama bersifat kolektif dan cenderung statis, sifat yang demikian itu juga cermin dalam karya sastra
khususnya puisi. Segala sesuatu merupakan karya bersama dan milik bersama.
Demikian pula ukuran baik atau buruk mengenai suatu karya, yang baik adalah
menurut anggapan secara kolektif, jadi puisi yang baik adalah menurut ukuran
secara kolektif adalah baik. Dengan demikian bentuk-bentuk puisi lama terutama
syair Raja Ali Haji yang berjudul Nasihat. Dalam artikel ini akan
diapresiasikan syair dengan menggunakan pendekatan historis biografis.
Pendekatan
Historis yang berlandaskan ilmu sejarah adalah suatu ilmu yang didalamnya
membahas berbagai peristiwa dengan menampilkan unsure tempat, objek waktu,
latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Pendekatan Historis juga merupakan cara
pandang atau paradigm yang terdapat dalam suatu bidang ilmu. yang selanjutnya
digunakan dalam memahaami sebuah karya
sastra yang salah satunya adalaah puisi.
Sedangkan
pendekatan Biografis adalah pendekatan pendekkatan tertua dalam sebuah karyaa
sastra (Rene Wellek, 1962). Pendekatan ini lebih menekankan pada proses
kreaktivitas dalam sebuah karya sastra yang dapat dilihat dari sejarah penciptaanya.
Dalam penciptaan puisi tidak terlepas dari karakteristik penyair dan lingkungan
social pada masapenulisan puisi tersebut. Dalam pendekatan ini biasanya
disertakan biograsi si penyair.
Pembahasan
Syair Nasihat
Karya Raja Ali Haji
Ayuhai
segala pegawai sultan,
hendaklah
jaga pada jabatan
Kamu
itu seperti intan
Jangan
dibuangkan ke dalam hutan
Ayuhai
segala raja menteri
Serta
pegawai kanan dan kiri
Hendaklah
jaga ingatkan negeri
Perompak
penyamun, kompak mencuri
Kehidupan
rakyat janganlah lupa
Fakir-miskin
hina dan papa
Jangan
sekali tuan nan alpa
Akhirnya
bala datang menerpa
Kacaulah
negeri tidak terperi
Berdengki-dengki
sama sendiri
Umpat
dan puji sehari-hari
Kepada
raja tidaklah ngeri
Raja
pun sudah hilang hebatnya
Kepada
segala rakyat tentaranya
Sebab
karena lalai alpanya
Serta
dengan fasik zalimnya.
LATAR BELAKANG PENULISAN
Nama Lengkap RAH
adalah Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah bin
Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Ia dilahirkan
pada tahun 1808 M di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat (kini
masuk dalam wilayah Kepulauan Riau, Indonesia). Beberapa karya Raja Ali Haji
yang terkenal seperti Syair Nasihat di atas, dan Syair Nasihat Kepada Anak,
lebih banyak berisikan nasihat bertemakan kepemimpinan.Hal ini bisa jadi
dipengaruhi oleh lingkungan di mana Raja Ali Haji lahir dan
dibesarkan.Kakeknya, Raja Ali Haji Fisabilillah adalah keturunan keluarga
kerajaan Riau.Sementara neneknya, Opu Daeng Cellak memiliki garis keturunan
dari kerajaan Bugis.
Selain
dibesarkan di lingkungan kerajaan, Raja Ali Haji semasa mudanya juga telah
memangku beberapa jabatan penting. Ketika usia Raja Ali Haji telah mencapai 32
tahun, ia beserta saudara sepupunya dipercaya memerintah wilayah Lingga untuk
mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah, yang pada saat itu masih berumur sangat
muda. Pada tahun 1845, Raja Ali Haji diangkat sebagai penasehat keagamaan
kesultanan. Selain itu, Pekerjaan sebagai penanggung jawab bidang hukum Islam
di Kerajaan Riau-Lingga diemban oleh RAH hingga ia meninggal pada tahun 1873.
Selain memangku jabatan kesultanan, Raja Ali Haji juga terkenal sebagai seorang
ulama terkemuka.Oleh karena itu, karya-karya Raja Ali Haji banyak berisikan
nasihat tentang kepemimpinan dan keagamaan.Lingkungan dan pengalamannya
benar-benar memberikan warna tersendiri pada karya-karyanya yang berisikan
nasihat.
Sekilas tentang
KepemimpinanDalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemimpin diartikan dengan orang
yang memimpin (Depdiknas, 2002: 874). Sementara itu, menurut Mumford dalam
Mar’at (1982: 8) kepemimpinan adalah keunggulan seseorang atau beberapa
individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol gejala-gejala sosial.Jadi,
kepemimpinan dapat timbul kapan dan di manapun, apabila ada unsur-unsur sebagai
berikut :Ada orang yang dipengaruhi atau anggota, bawahan, pengikut, kelompok
yang mau diperintah, atau dikomandoi;Ada orang yang mempengaruhi atau
pemimpin, yang memberi komando,
pembimbing;Ada pengarahan kepada suatu tujuan oleh orang yang mempengaruhi atau
pemimpin (Mar’at, 1982: 37)
Syair Nasihat di
atas digolongkan sebagai karya sastra klasik, karena memiliki ciri sbb
:Bercerita seputar kehidupan raja / kerajaan, Menggunakan bahasa
kemelayu-melayuanMenggunakan bahasa klise,
Menggunakan majas perbandingan. Berbentuk syair dari awal hingga akhir
bait syair akan sangat terasa suasana kerajaan. Berikut akan dibahas syair
tersebut bait per bait.
Bait pertama :
Ayuhai
segala pegawai sultan,
hendaklah
jaga pada jabatan
Kamu
itu seperti intan
Jangan
dibuangkan ke dalam hutan
Pada bait
pertama, Raja Ali Haji mengungkapkan bahwa Sultan adalah figur yang sangat
penting. Nasihat beliau tercantum pada baris kedua, yang bermakna seorang
sultan hendaknya memiliki sifat amanah.Pada baris ketiga, Raja Ali Haji
menggunakan majas asosiasi, yaitu majas perbandingan yang mengungkapkan sifat
manusia seperti benda mati.Dalam hal ini, sultan oleh Raja Ali diibaratkan
seperti intan yang amat berharga. Bait ini ditutup dengan baris keempat yang
mengungkapkan bahwa seorang sultan harus pandai menempatkan dirinya, bukan
justru mengasingkan diri dari rakyatnya.
Bait kedua :
Ayuhai
segala raja menteri
Serta
pegawai kanan dan kiri
Hendaklah
jaga ingatkan negeri
Perompak
penyamun, kompak mencuri
Pada bait kedua,
Raja Ali Haji memberikan nasihat kepada para pemangku jabatan secara
keseluruhan. Hal ini tampak pada baris pertama dan kedua yang menyebutkan raja,
menteri, serta pegawai kanan dan kiri.Artinya, bahwa para pemangku jabatan di
kerajaan tidak bisa bekerja sendiri, namun haruslah bekerja secara
bersama-sama. Antara raja, menteri, dan pegawai memiliki peran dan tugas
masing-masing, namun tetap memiliki tujuan yang sama. Pada baris ketiga
disebutkan tugas para pemangku jabatan tersebut yaitu untuk menjaga ketentraman
dan keamanan negeri.Pada baris keempat, disebutkan bahwa perompak dan penyamun,
sebagai pengganggu keamanan negeri, kompak mencuri.Artinya, musuh kerajaan itu
membangun kekuatan dengan kekompakan, maka para pemimpin juga seharusnya demikian.
Bait kedua secara keseluruhan juga merupakan sindiran bagi para pemimpin zaman
sekarang, yang justru saling sikut dan saling berebut kekuasaan padahal
keamanan dan ketentraman masyarakat belum lagi tercipta.
Bait ketiga :
Kehidupan
rakyat janganlah lupa
Fakir-miskin
hina dan papa
Jangan
sekali tuan nan alpa
Akhirnya
bala datang menerpa
Bait ketiga
mengandung peringatan dan ancaman pada para pemimpin negeri. Diawali dengan
mengingatkan akan kehidupan rakyat yang berada dalam kesengsaraan. Baris pertama
dan baris kedua seolah menyampaikan pada para pemimpin bahwa di bawah sana
masih banyak rakyat yang menjadi fakir-miskin, hidup susah, sengsara, dan
melarat. Baris ketiga berisi nasihat agar para pemimpin tidak melupakan
tanggung jawabnya terhadap kesejahteraan rakyat. Baris keempat ditutup dengan
ancaman bahwa jika pemimpin lalai akan tanggung jawabnya, maka yang datang
tidak lain adalah bencana dan malapetaka.
Bait keempat
Kacaulah
negeri tidak terperi
Berdengki-dengki
sama sendiri
Umpat
dan puji sehari-hari
Kepada
raja tidaklah ngeri
Bait keempat
secara keseluruhan menggambarkan akibat yang terjadi jika pemimpin sudah lupa
akan tugas dan tanggungjawabnya. Ini adalah penjelasan dari bala yang
diungkapkan Raja Ali Haji pada bait sebelumnya. Pada baris pertama, Raja Ali
Haji menggunakan majas hiperbola yang menggambarkan kekacauan teramat dahsyat
yang melanda negeri. Baris-baris selanjutnya menegaskan bentuk kekacauan yang
terjadi : ancaman perang saudara, rakyat saling benci, bahkan tidak senang dengan
pemimpinnya sendiri.
Bait kelima :
Raja
pun sudah hilang hebatnya
Kepada
segala rakyat tentaranya
Sebab
karena lalai alpanya
Serta
dengan fasik zalimnya.
Bait ini
merupakan klimaks dari bait-bait sebelumnya. Pada baris pertama disebutkan
bahwa seorang pemimpin bisa saja jatuh kewibawaannya.Baris kedua menggambarkan
kembali bahwa raja adalah figur sentral di tengah rakyat dan tentaranya.Dua
baris pertama menggambarkan seorang pemimpin yang sudah tidak lagi dipercaya
oleh rakyat, bahkan tentaranya sendiri.Dua baris terakhir menutup nasihat ini
dengan menyebutkan sebab hilangnya wibawa seorang raja. Setidaknya ada dua
sebab : lalai dari tanggung jawab, dan memerintah secara zalim.Nasihat untuk
Pemimpin Masa Depan
Syair Nasihat Raja Ali Haji di atas jika dicermati
lebih jauh, sesungguhnya memuat nasihat-nasihat yang berlaku untuk para
pemimpin seluruh zaman.Setidaknya ada beberapa tugas dan tanggungjawab seorang
pemimpin terhadap rakyatnya.Pandai menempatkan diri di tengah
rakyatnya.Membangun kerjasama yang baik dengan menteri dan pegawainya.Menjaga
stabilitas dan keamanan negeri.Memperhatikan kesejahteraan rakyat.Menjalankan
amanah dengan penuh tanggung jawab.Memerintah dengan adil dan bijaksana.Selain
itu, pemimpin juga harus menyadari adanya bahaya dan ancaman yang mengganggu
negeri yang dipimpinnya, antara lain Pemberontak dan pengganggu keamanan negeri.Perebutan
kekuasaan yang menimbulkan perang saudara.Hilangnya wibawa raja di mata rakyat
Mencermati kondisi Indonesia saat ini, agaknya apa
yang disebutkan Raja Ali Haji dalam syair nasihat sungguh benar adanya. Saat
ini pemimpin sudah semakin hilang wibawa. Masyarakat semakin antipati dengan
pemerintah, sementara di kalangan pejabat sana banyak yang melakukan tindakan
korupsi. Ada juga yang sampai saling sikut karena berebut kekuasaan.Inilah
tanda-tanda datangnya bala yang disebutkan Raja Ali Haji dalam syairnya.Maka,
figur pemimpin yang adil dan bijaksana tentulah sangat diharapkan oleh negeri
ini.Pemimpin yang bisa menyelesaikan segala permasalahan rakyat, mulai dari
kesejahteraan hingga keamanan, dan pemimpin yang amanah serta memiliki
integritas dan kapabilitas yang baik.Pemimpin seperti inilah yang diungkapkan
seperti intan oleh Raja Ali Haji, dan pemimpin seperti inilah yang diidamkan
oleh negeri ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Waluyo
J. Herman. 2003. Apresiasi Puisi. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
No comments:
Post a Comment